“Kenapa kamu cerewet sekali, hm?” gumam Brian dengan suara berat dan serak karena alkohol. Kedua lengannya sudah melingkari tubuh Tiffany, menariknya hingga menempel erat di d**a bidangnya.
“Lepaskan, Brian!” seru Tiffany sambil berusaha meronta. Namun semakin ia menolak, semakin erat pelukan Brian, seakan pria itu takut kehilangan sesuatu yang sebenarnya tidak pernah ia genggam.
Aroma alkohol bercampur parfum wanita lain masih melekat di tubuh Brian. Setiap kali napasnya menyapu kulit leher Tiffany, jantungnya berdetak tak karuan.
“Jangan melawan…” bisik Brian di telinganya. “Kamu istriku… siapa lagi kalau bukan aku yang boleh menyentuhmu?”
Tiffany membeku sejenak. Kata-kata Adrianus kembali terngiang jelas di kepalanya.
‘Aku berharap hubungan kalian bukan sekadar pernikahan kontrak.
