Di sebuah café kecil yang hangat, Tiffany menemui seseorang yang sejak lima belas menit yang lalu sudah menunggunya. Ia tersenyum ke arah Ema saat melihatnya. Mereka berpelukan erat sebelum duduk. “Aku kangen banget sama kamu, Fan. Setelah menjadi istri seorang Brian Adam, kamu jadi jarang menghubungiku lagi. Hufft, sepertinya kamu sudah terlena dengan kemewahan yang mereka berikan, sampai melupakan aku.” “Kamu ngomong apa sih, Em? Aku hanya sibuk ngadepin orang menyebalkan itu, dan juga sibuk berpura-pura bahagia di depan kakek Adrianus. Kamu tahu sendiri, kan? jika pernikahan ini bukan karena cinta, melainkan sebuah keterpaksaan karena suatu hal,” sahut Tiffany. “Ia, iya, aku cuma bercanda, kok. Kenapa kamu jadi seserius itu semenjak hidup dengan orang-orang serius, Fan?” ucap Ema me

