Sepanjang perjalanan mencari Mbak Mia, aku ikut panik. Baik Ayah ataupun Mas Alan sama-sama belum tahu dia ada di mana. Kami semua mencarinya ke tempat-tempat yang mungkin dia kunjungi, dan hasilnya masih nihil. Dia belum juga ditemukan sampai detik ini. Andai dia bawa ponsel, itu akan lebih mudah karena bisa dilacak. Sayangnya tidak. Ponselnya dia tinggal di rumah. “Kamu enggak capek, Vin?” “Enggak, kok. Santai aja.” “Ya udah.” Sebenarnya, Mas Alan minta agar aku di apartemen saja dan tidak perlu ikut. Namun, aku menolak. Aku merasa harus ikut dia keluar. Aku pun khawatir kalau apa yang ditakutkan Ayah terjadi, yakni, Mbak Mia berniat bunuh diri. Aku selalu heran dengan orang yang memutuskan bunuh diri di saat banyak sekali orang di luar sana yang rela menghabiskan banyak uang untuk