74. Kabar yang Dinantikan

2633 Kata

“Ihirrr, yang berangkat kerja diantar suami. Pulang bulan madu makin terang benderang aja itu aura bahagia.” Seperti biasa, Sisil selalu saja punya cara untuk meledekku. Saat ini aku bahkan baru saja tiba di ruangan dan duduk di kursi kebesaran. “Ya iyalah! Masa iya, pulang bulan madu malah murung? Perlu dipertanyakan, itu!” “Kuat berapa ronde, Nyah?” “No no no!” aku menggoyangkan jari telunjuk. “Rahasia perusahaan tidak boleh diumbar. Yang jelas ... aw! Luar biasa.” “Idihhh! Geli, lu!” Sisil bergidik. “Yeee! Yang mulai duluan siapa? Makanya, buruan kawin!” aku terkekeh pelan. “Kawin, kawin! Kamu kira aku kambing?” “Ya udah. Buruan, nikah.” Raut wajah Sisil seketika berubah. Membuatku menatapnya khawatir. “Kenapa, Sil? Apa ada kabar buruk?” “Pengen cerita semuanya, tapi kan engga

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN