Ucapan Kala itu terdengar sangat pelan sekali, nada suaranya seperti menahan gejolak rasa rendah diri yang luar biasa. Sebuah alasan kuat kenapa dirinya tidak pernah ingin mempunyai wanita yang menjadi bagian hidupnya, karena statusnya yang sangat menjijikan. Seorang anak yang lahir tanpa ikatan pernikahan yang sah. "Maksudnya?" Dina semakin tak mengerti. Perlu banyak waktu agar ia memahami ucapan Kala itu. "Anak—" "Lupakan saja. Ayo kita berangkat." Kala meletakkan sisir yang tadi dipegang lalu beranjak begitu saja. Nyatanya hatinya masih tak cukup kuat untuk mengakui tentang statusnya itu. "Dia pasti akan meninggalkanku jika tau kebenarannya." Dina masih terheran-heran akan sikap Kala itu. Ia mendengar dengan jelas apa yang Kala katakan tadi. Tiga kalimat yang sangat jelas di tel