“Nih pesananmu! Sambelnya aku kasih tiga sendok full.” Aku tersadar dari lamunan begitu Leni datang membawakan satu plastik bakso lima ribuan yang dia beli di tukang bakso yang biasanya mangkal di dekat halaman kantor. “Makasih, Len.” Aku menerima bakso dari tangan Leni lalu kembali melirik pintu yang dari tadi masih tertutup rapat. “Duileeee matanya jelalatan mulu, Dell! Orangnya enggak masuk kerja hari ini.” “Hah? Enggak masuk kerja?” “Emang kamu enggak tahu?” Aku menggeleng. “Buka grup kek! Mana hapemu?” Oh iya, hape! “Kelupaan Len, hapeku di tas yang satunya. Tadi mau balik, males.” “Dasar pikun! Masih muda padahal.” Leni mencebik sambil membuka plastik baksonya dengan gigi. “Tadi buru-buru, ingetnya udah di tengah jalan. Kamu tahu sendiri dari rumahku kan jalan searah. Males