Kania tertegun, menatap bingung dan kecewa ke arah Adrian. Menghela lemah, lantas memutuskan pandang. “Aku hanya punya satu pertanyaan, kenapa?” Saat mendengar kisah Namira, anak kecil yang sengaja di titipkan di panti. Memang Adrian menitipkan anak kecil itu di tempat yang sangat layak. Dimata Kania panti tersebut sudah lebih dari layak. Tapi sebagus apapun tempat di luar sana, rumah adalah tempat terbaik untuk tumbuh kembang anak. Melihat Namira seperti melihat bayangannya sendiri, tapi justru membuat Kania merasa bersyukur. Setidaknya ia tidak berakhir di tempat asing, dengan kondisi keluarga masih utuh. Adriana mengangguk. “Aku menikah,” helaan nafas berat mengiringi ucapannya. Ia mulai bercerita tapi Kania merasakan keengganan Adrian mengatakannya. Mungkin lelaki itu masih me