“Kami bertengkar,” Randi menghela. “Mamah nggak mau kita berpisah.” Kania menyesap minuman kaleng. Setelah mengantar Kay pulang sampai ke area parkir rumah sakit, ia kembali. Memilih untuk tetap tinggal sampai kondisi mertuanya membaik. Kania tidak memikirkan kelanjutan hubungan rumah tangganya, hanya saja sebagai seorang menantu yang selalu mendapat perlakuan baik dari mertuanya, ia patut melakukan hal serupa sebagai cara membalas budi. “Nia, kita bisa menyelesaikan masalah ini, tanpa harus mengorbankan Mamah. Dia sangat menyayangimu.” Kania terdiam, memilih untuk menunggu Randi menyelesaikan ucapannya. Hari ini ia merasa seperti seorang psikiater saja, mendengar keluh kesah dari dua lelaki yang berbeda. “Nia,” panggil Randi, menarik tangan Kania agar wanita itu menoleh ke