Kalila berdiri di depan dapur dengan celemek melingkar erat di tubuhnya. Ekspresi seriusnya membuat ia tidak menyadari bahwa saat ini seseorang tengah memperhatikannya, yaitu Dias. Pemandangan setiap pagi yang selalu dilihatnya akhir-akhir ini, saat membuka pintu. Pemandangan yang selalu berhasil membuatnya tersenyum saat melihat bagaimana ekspresi istinya mencicipi makanan. “Sudah bangun?” Kalila menyadari kehadiran Dias. “Sudah. Masak apa?” Tanya Dias, ia pun menghampiri Kalila dan memeluk wanita itu dari belakang, melihat apa yang sedang dilakukannya. “Untuk bekal makan siang mu.” Bau harum masakan dan bau harum tubuh istrinya, entah mana yang paling menggoda. “Mau bawa bekal lagi, kan?” Tanya Kalila. Dias pun mengangguk. Satu Minggu setelah ia kembali beraktivitas seperti b