“Pih, kasihan Dias. Kenapa Papih nggak coba temui dia, siapa tahu ada sesuatu yang ingin dikatakannya.” Kania masuk kedalam ruang kerja Regan, setelah melihat sekilas Dias ada di lobi utama. Empat hari berlalu, Dias masih melakukan hal yang sama yaitu datang untuk bertemu Regan. Sayangnya Regan masih membentengi diri dengan begitu kuat dan tetap bersikeras tidak mau bertemu dengan menantunya itu. “Nggak penting,” balas Regan acuh, bahkan tidak menoleh sedikitpun ke arah Kania. “Pih,” bujuk Kania. Meskipun Kania tahu bagaimana kekecewaan yang dirasakan Regan dan Kalila, begitu juga dirinya tapi Kania berharap mereka masih bisa berdamai. Apalagi dengan kondisi Kalila saat ini, seharusnya Regan maupun Dias bisa berdamai dengan kondisi masing-masing. Kesalahan Dias memang sangat fatal, t