Dias kembali ke kamar dimana Kalila dirawat, di dalamnya tidak hanya ada Kalila seorang tapi juga Regan. Lelaki paruh baya yang selalu terlihat kuat itu, saat ini kondisinya tidak jauh lebih mengenaskan dari dirinya. Wajahnya sayu akibat kurang tidur, rambutnya yang selalu disisir rapi pun acak-acakan. Bahkan pakaian yang dikenakannya pun hanya kaos biasa saja bukan lagi setelan jas maham dari ujung kaki hingga ujung kepala. Auranya hilang seketika, setelah melihat sang anak tidak sadarkan diri. “Saya sudah selesai.” Ucap Dias yang membuat lelaki itu langsung menoleh. “Papih makan dulu, Kalila biar aku temani.” Regan terlihat enggan. “Baiklah. Tolong jaga dia,” .Dias menganggukan kepalanya. “Tentu.” Regan beranjak dari tempat duduknya, entah untuk menuju kantin mengisi perutnya a