Suara hentakan benda tumpul menyentuh lantai, membuat Kalila langsung menoleh ke arah suara. Ia sudah berada di salah satu meja, menunggu seseorang datang dan akhirnya orang itu muncul dengan tongkat di salah satu tangannya. “Kalila,” panggilnya dengan senyum mengembang sempurna di wajahnya. “Hai, sini!” Kalila melambaikan tangannya. “Nggak kehujanan, kan?” Tanyanya sambil memperhatikan penampilan Amira. “Nggak, tadi naik taksi kebetulan bapaknya baik, pinjemin payung.” Meski begitu Kalila melihat salah satu bahu Amira basah terkena air hujan. Pasti sangat sulit memegang dua benda sekaligus, tongkat dan payung dalam waktu bersamaan. “Payungnya aku simpan di depan, nggak hilang kan?” Tanyanya dengan senyum jahil. “Nggak. Akan ko,” Amira duduk setelah menaruh tingkatnya. “Mau mi