“Suamimu kembali jadi samsak hidup.” Kania menghubungi Kalila pada malam harinya. “Tapi sebagai gantinya Papih juga kena pukulan Dias. Satu sama.” Lanjutnya.. “Bagaimana keadaan mereka berdua?” Tanya Kalila, dengan nada khawatir. “Kenapa Papih selalu pake kekerasan sih?!” Keluhnya. “Nggak bisa ngobrol baik-baik aja?!” Terdengar tawa Kania dari seberang sana. “Nggak bisa. Udah jadi kebiasaan Papih dan uncle Rei. Mereka satu paket dalam segala hal,” Kalila menghela lemah. “Dias nggak kenapa-kenapa?” Tanyanya lagi. “Nggak. Kondisinya sudah membaik, dan dia sudah tahu dimana kamu tinggal.” “Benarkah?” Kania menggumam. “Papih nggak komentar apapun, mungkin dia mulai luluh apalagi tahu kamu hamil.” Kalila menggigit bibir bawahnya sambil mengusap lembut perutnya. “Benarkah?” Ta