“Siapa dia?” Tanya Rei, saat Amira pergi usai menemui Kalila. “Amira, teman suamiku.” Balas Kalila dengan suara lemah dan kedua tatapannya memperhatikan sosok Amira. “Teman?” Rei menyelidik. “Hanya teman?” Kalila menganggukan kepalanya. “Iya, hanya teman.” “Kamu yakin?” Benar bukan? Rei pengamat yang baik, sedikit saja Kalila menunjukan gestur atau nada bicaranya aneh, Rei akan dengan mudah menyelidik dan menemukan kebohongan meski sudah disembunyikannya dengan serapi mungkin. “Iya. Mereka berteman baik.” Balas Kalila mencoba tetap bersikap tenang, meski tatapan Rei setajam pedang tajam Arthur. “Ayo masuk, kita makan dulu.” Ajak Kalila, sebisa mungkin ia mengalihkan perhatian Rei, jika tidak lelaki itu bisa mengikutinya hanya dengan tatapan dan pertanyaan-pertanyaan jebakan