“Kamu ingat Jeri pernah memiliki perekam suara berbentuk pulpen?” “Darimana kamu tahu?” Amira menatap serius ke arah Kalila. Selain dirinya, tidak ada satu orangpun yang mengetahui tentang pulpen rahasia itu. “Seseorang mengatakannya padaku,” “Siapa?” Amira semakin penasaran. “Pengacaraku, sekaligus pengacara yang sempat menangani kasus kematian Kakakmu.” “Abbas?” tebak Kalila. Kalila menganggukan kepalanya. Amira mengengena sosok Abbas, lelaki yang pernah ditunjuk untuk menyelesaikan kasus kematian kakaknya. Sayangnya kasus tersebut tidak menemukan titik terang bahkan setelah hampir satu bulan penyelidikan pun, tetap tidak membuahkan hasil seolah membenarkan bahwa kematian jeri murni bunuh diri. “Lelaki itu tidak dapat dipercaya, dia merekayasa semua fakta yang ada.” Amira me