“Kal,” Panggil Dias. Momen yang paling ditunggunya sejak tadi, yaitu saat keduanya bertemu. Perasaan asing dan rindu menyeruak dalam relung hati Kalila. Bahkan Kalila tidak berani menatap ke arah mata Dias. “Kal,” Panggilnya lagi. Dengan perlahan dan ragu, akhirnya Kalila memberanikan diri menatap ke arah Dias. “Aku senang, kamu baik-baik saja.” Dias tersenyum sambil menghela lemah. “Kamu juga, kelihatan baik-baik aja.” Rasanya seperti bertahun-tahun tidak bertemu. “Benarkah?” Tanya Dias lagi. Kalila hanya mengangguk samar dan kembali menundukan kepalanya. “Kal, aku masih suami kamu, kan?” Dias perlahan mendekat.. Tiba-tiba Dias mendekat. “Syukurlah, kalau begitu aku bisa peluk kamu.” Dias menarik tubuh Kalila kedalam pelukannya dengan begitu erat seolah tidak ingin kemb