Nanay menghela napas dalam, kedua tangannya mencengkeram gamis bagian kedua lututnya. Ia membenarkan posisi duduknya, memfokuskannya pada Rean yang duduk di hadapannya. Rean duduk di sofa sebelah, mereka dipisahkan oleh meja pellanggan yang ada di kafe kunjungan mereka. “Bisa-bisanya Mas masih bekerja dengan begini tenangnya sementara Mas belum menemukan Gemintang?” Nanay terengah-engah. Daddanya terasa sangat sakit hanya karena membayangkan Gemintang hidup di luar, harus terlunta-lunta dengan keadaan hamil muda dan seorang balita yang masih membutuhkan banyak perhatian. “Mas sekeluarga bukan orang susah. Kalian tidak akan langsung jatuh miskin hanya karena kalian fokus mencari Gemintang dan Rain! Astafirruloh hal adzim ya Alloh ... astafirulloh, astafirulloh ....” “Kami sudah mengerahka