Malam itu, Uma menelepon Dia. Ia menceritakan dua hal besar yang tengah ia hadapi: tawaran Gunawan Hartanto untuk tampil di Jakarta Fashion Rising Designers dan soal warisan dari mantan mertuanya. “Jadi, Gunawan benar-benar ingin saya tampil dengan nama sendiri, Mbak,” kata Uma sambil menggenggam ponselnya erat. “Saya senang sekaligus takut. Rasanya… ini terlalu besar untuk saya.” Suara Dia terdengar hangat dari seberang. “Uma, justru ini kesempatanmu. Kamu harus serius mempertimbangkannya. Kamu sebaiknya tinggal di Jakarta saja untuk merealisasikan cita-citamu. Nanti kalau kamu penat dengan hiruk-pikuk Jakarta, kamu selalu bisa pulang ke Cisarua. Itu rumahmu juga.” “Iya, Mbak. Saya memang sudah memutuskan untuk tinggal di sini lagi. Jakarta akan jadi tempat saya berkarir.” “Bagaimana

