Hasrat Sialan

2260 Kata
Kecanggungan begitu kuat aku rasa. Sudah berhari-hari sejak kejadian malam itu, malam saat aku melakukan m********i sendiri dengan tangan ku, aku merasa tidak punya muka untuk sekedar bertemu atau bertatap muka dengan Tuan Barata. Meskipun malam itu belum di pastikan apakah Tuan Barata melihat dan mendengar apa yang aku lakukan di kamar, nyatanya aku mereka demikian. Merasa Tuan Barata yang saat itu membuka pintu kamarku, karena saat itu hanya dia yang ada di ruang tengah rumah besar itu, dan sepertinya Tuan Barata habis dari dapur, karena aku juga melihat Tuan Barata menentang satu botol minuman di tangannya. Aku tidak banyak bertanya , jangankan bertanya, menyapanya pun aku tidak punya keberanian. Sungguh, jika benar malam itu Tuan Barata melihat apa yang aku lakukan, aku pasti akan benar-benar sangat malu , beruntungnya keesokan harinya, Tuan Barata melakukan perjalanan bisnis ke luar kota, Bali, yang mengharuskan dia menginap beberapa hari, dan hal itu membuatku sedikit merasa tenang dan leluasa di rumah ini. Rumah Tuan Barata pastinya. Beberapa hari berlalu. Tuan Barata masih belum ada kabar kapan dia akan pulang, sementara kedua orang tuanya sudah dua kali datang ke rumah ini untuk bertemu dengan Tuan Barata. Aku menganjurkan agar mereka menghubungi Tuan Barata, akan tetapi mereka mengatakan kesulitan menghubungi Tuan Barata dan Nyonya Jessica. Siang itu, rumah tampak sepi, aku lekas beranjak naik ke lantai atas rumah itu dengan nampan pakaian yang sudah di setrika, dan siap aku masukkan ke dalam lemari Nyonya Jessika saat tiba-tiba aku mendengar suara aneh dari arah luar pintu. "Ahh.. kau benar luar biasa. Aku menyukai gaya kamu. Kamu begitu kuat dan perkasa, tidak seperti suamiku. Dia sangat lemah!" Rancau wanita itu dengan tangan yang terus menahan punggung seorang laki-laki untuk lebih lekat dengannya, sementara laki-laki itu begitu aktif bergerak dengan gerakan cepat dan teratur. "Milik mu sangat nikmat , Jessika. Masih sama nikmatnya dengan saat pertama kali aku melepas keperawanan mu dulu, saat kita masih menggunakan seragam abu-abu!" balas laki-laki itu dan senyum Jessika semakin terlihat menggoda. Dia menggigit belah bibir bawahnya sendiri dengan seutas senyum yang begitu manis lepas dari kedua sudut bibirnya menandakan bahwasanya percintaan itu benar-benar sangat dia nikmati. "Ahh... Eehm... Yes. Kau juga masih sama seperti dulu. Masih sangat pandai membuatku melenguh dengan begitu nikmat. Tidak salah lagi, kau adalah laki-laki yang paling tau bagaimana cara bercinta yang aku suka!" balas Nyonya Jessika lembut. Tangan yang awalnya menahan punggung laki-laki itu kini beralih menjambak rambutnya untuk meredam rasa gelisah karena gairah dan kenikmatan yang sedang ditularkan oleh laki-laki itu pada inti tubuhnya. Daging menyerupai jamur itu bergerak keluar masuk dengan ritme yang begitu lembut dan kuat hingga membuat tubuh Jessika terlihat bergoyang naik turun, dan bersamaan dengan itu kedua buah d**a Jessika pun mengikuti pergerakan dari dorongan tubuh laki-laki itu. "Kau berlebihan Jessika. Jangan lupa , kau sudah membuatku kecewa. Kau sudah mengkhianati ku dengan menikah dengan laki-laki itu, dan sekarang kau justru mengatakan hanya aku yang bisa membuatmu merasakan gejolak indah ini!" balas laki-laki itu lagi tapi Nyonya Jessika hanya terlihat menggeleng. "Tidak. Aku tidak pernah mengkhianati mu. Semua ini aku lakukan karena keterpaksaan!" ucap Nyonya Jessika lagi. "Kau selalu bilang jika kau terpaksa menikah dengannya, jika memang iya, kenapa kau tidak bercerai saja dengannya!" balas laki-laki itu lagi , tapi lagi-lagi Jessika hanya menggeleng. "Aku tidak bisa. Lebih tepatnya lagi aku belum bisa. Aku belum bisa melepaskan Mas Barata. Paling tidak aku harus menguras hartanya lebih dulu. Lagian bagaimana kita bisa bersenang-senang tanpa uangnya, setidaknya jika aku tetap bersamanya, kita masih bisa menggunakan uangnya untuk kesenangan kita, toh dia jarang di rumah!" balas Jessika lagi dan gerakan laki-laki itu terlihat semakin cepat ketika Jessika justru mengatakan bahwa mereka tidak akan bisa bersenang-senang tanpa uang dan harta Barata, laki-laki yang kini berusia tiga puluh dua tahun yang saat itu dia temui di salah atau club malam, dan menjebak laki-laki yang merupakan pebisnis itu untuk berada di atas ranjangnya, lalu satu bulan berikut Jessika mengatakan jika dia hamil anak laki-laki itu, Barata, dan tentu saja Jessika menuntut pertanggung jawaban Barata. Beruntungnya, ternyata keluarga Nyonya Jessika dan Tuan Barata saling kenal. Mereka adalah rekan bisnis, dan belakangan diketahui jika sebelumnya Tuan Barata memang menyimpan perasaan lebih pada Nyonya Jessika, dan iya, pernikahan mereka terjadi begitu saja. "Tapi aku tetap saja merasa tidak suka saat kau bersamanya, juga saat membayangkan kau menghabiskan malam panas dengannya!" balas laki-laki itu dan Nyonya Jessika masih terlihat membagi senyum. "Tenang. Enam bulan ini aku tidak pernah berhubungan badan dengannya. Dia selalu sibuk, dan aku juga tidak begitu bernafsu padanya. Hasrat ku kembali menggebu saat kau kembali. Lagi pula bukankah aku pernah mengatakan jika dia itu lemah. Dia itu seolah tidak b*******h saat berada di dekatku, jadi aku tidak perlu repot-repot untuk melayani kebutuhan biologisnya, tapi bagaimanapun aku tetap membutuhkan seks itu!" balas Nyonya Jessika lagi dan gerakan laki-laki itu semakin terlihat cepat dan detik berikutnya dia justru terlihat mengeram tertahan, dan itu artinya dia sudah mendapatkan klimak nya, melebur di dalam tubuh Jessika "Aah....aah... Aku selesai Sayang. Aku melebur!" rancau laki-laki itu dengan suara yang terdengar serak cenderung tertahan di rongga tenggorokannya. Dia masih berdiri sembari memegang kedua pinggul Jessika dengan miliknya yang masih tertanam sempurna dalam tubuh Jessika dan Jessika berpegangan dengan cukup erat pada sisi ranjang itu. "Aku belum selesai... Kau tidak bisa membiarkan aku tidak mendapatkan klimaks ku!" Nyonya Jessika ngedumel saat merasa dorongan yang sangat kuat di inti tubuhnya, tapi laki-laki itu sama sekali tidak menjawab . Dia hanya terus menekan miliknya untuk menumpahkan semua larvanya di dalam tubuh Nyonya Jessika, dan setelah cairan putih itu benar-benar tumpah seluruhnya, dia baru menarik tubuhnya kemudian merentangkan tubuhnya di atas ranjang itu. "Tunggu beberapa saat lagi. Aku harus istirahat dua atau tiga menit dulu , dan setelahnya aku yakin milikku akan kembali berdiri!" akhirnya jawaban laki-laki itu lepas dari bibirnya setelah dari tadi bersusah payah meredam gejolak menggebu dalam dadanya, dan Jessika hanya terlihat mengangguk dan ikut menjatuhkan tubuhnya di samping laki-laki itu sambil memeluk dan membelai d**a, perut dan kedua paha laki-laki itu. "Baiklah. Tapi setelah ini, biarkan aku klimaks!" balas Jessika dan laki-laki itu langsung mengangguk setuju. Aku menahan degup jantungku saat lagi dan lagi melihat Nyonya Jessika, istri majikan ku bergumul dengan laki-laki lain di kamar itu, kamar yang juga merupakan kamar Nyonya Jessika juga Tuan Barata. Ini adalah kali kesekian aku melihat Nyonya Jessika membawa laki-laki lain pulang ke rumah ini saat Tuan Barata tidak ada di rumah. Namun laki-laki yang kali ini Nyonya Jessika bawa adalah laki-laki yang sama dengan yang Nyonya Jessika bawa beberapa bulan ini. Lebih dari tiga bulan sudah aku melihat Nyonya Jessika pulang bersama laki-laki ini, dan lebih dari sepuluh kali aku melihat Nyonya Jessika melakukan hubungan badan dengan laki-laki itu, laki-laki yang bukan merupakan suami Nyonya Jessika, karena suami Nyonya Jessika adalah Tuan Barata. Pemilik rumah besar tempat aku bekerja dua tahun ini. Lebih tepatnya aku terpaksa bekerja di rumah ini karena satu alasan. Perkenalkan, aku Niken. Wanita berusia dua puluh tahun yang Nyonya Jessica bawa dengan terpaksa . Ayahku berhutang lima puluh juta pada Nyonya Jessika tiga tahun lalu, dan tidak sanggup menggantinya, dan aku adalah jaminan untuk mengganti hutang ayahku itu, dengan bekerja di rumah ini tanpa di gaji, dan harusnya bulan ini hutang ayahku akan lunas pada Nyonya Jessika, karena aku di bandrol dua juta satu bulan dan aku sudah bekerja dua tahun lebih, dan harusnya bulan ini adalah bulan terakhir aku bekerja untuknya, bekerja untuk melunasi hutang ayah ku. Namun kemarin Nyonya Jessika justru mengatakan jika hutang ayahku masih sisa dua belas juta dan itu artinya aku masih harus bekerja enam bulan lagi, dan ternyata Nyonya Jessika juga ikut menghitung bunga dari hutang-hutang ayahku itu. Aku tidak bisa mendebatnya, karena sebenarnya aku juga tidak tau bagaimana perjanjian ayahku dan Nyonya Jessika saat dulu mereka terlibat hutang piutang, dan selama ini aku benar-benar patuh dan tunduk padanya, bahkan aku tidak berani mengatakan apapun pada Tuan Barata terkait perselingkuhan istrinya, dan hal itu membuat Nyonya Jessika begitu percaya padaku. Nyonya Jessika itu masih muda , usianya baru dua puluh tujuh tahun, dia juga sangat cantik. Benar-benar sangat cantik, dan hal yang sangat wajar jika Tuan Barata begitu mencintai Jessika, bahkan bisa di bilang jika Tuan Barata begitu bucin pada Nyonya Jessika, tapi sangat di sayangkan, cinta dan ketulusan Tuan Barata justru di salah artikan oleh Jessika. Jessika mengkhianati Tuan Batara dengan berselingkuh di belakang Tuan Barata, dan yang paling tidak masuk akalnya, Nyonya Jessika membawa selingkuhan-selingkuhannya ke rumah besar Tuan Barata dan melakukan adegan tidak beretika di rumah Tuan Barata sendiri. Aku kembali menghela nafas dalam diam saat Nyonya Jessika dan laki-laki itu kembali melanjutkan sesi bercinta mereka yang sempat terjeda karena laki-laki itu yang lebih dulu mendapatkan klimaannya, dan Nyonya Jessika masih menuntut ingin mendapatkan klimaksnya juga. Menutup rapat pintu kamar itu karena sepertinya tadi mereka lupa menutup juga mengunci pintu itu karena keburu di selimuti nafsu setan. Aku pilih kembali turun ke lantai bawah rumah itu, melanjutkan sisa pekerjaan ku yang belum selesai, dengan dua orang asisten rumah tangga yang lain, yang memang tidak di perbolehkan naik ke lantai atas, dan memang hanya aku satu-satunya asisten rumah tangga yang diperbolehkan untuk naik dan membersihkan kamar-kamar di lantai atas rumah besar itu. Nyonya Jessika adalah seorang foto model, dan layaknya seorang foto model dia memang memiliki lekuk tubuh yang sangat ideal, cantik juga mempesona. Dia dan Tuan Barata sudah menikah selama lima tahun, dan dikaruniai satu orang anak perempuan bernama Wilona. Saat aku pertama kali datang ke rumah ini, aku melihat hubungan mereka sangat harmonis juga romantis. Namun setahun ini aku justru melihat hubungan mereka sedikit renggang, padahal sebelumnya Tuan Barata begitu terlihat hangat pada istrinya. Sorenya Tuan Barata pulang setelah melakukan perjalan bisnis beberapa hari, akan tetapi satu jam yang lalu, Nyonya Jessika kembali keluar dari rumah, dan sampai beranjak sore , Nyonya Jessika masih belum kembali. Sore itu aku melihat Tuan Barata hanya duduk di sisi ranjang kamarnya, aku lebih dulu mengetuk pintu kamar itu untuk memasukan pakaian milik Nyonya Jessika yang sudah di setrika, dan iya, dia mengizinkan aku masuk begitu saja, dan dari arah lemari, aku bisa melihat jika Tuan Barata sedang menatap layar ponselnya dengan posisi menunduk. Aku tidak berani menyapanya. Aku hanya fokus dengan pakaian yang aku tata di lemari Nyonya Jessika. Namun aku juga menyadari ada kemarahan yang begitu terlihat dari wajah merahnya. Aku pilih berlalu dari kamar itu setelah menyelesaikan pekerjaan ku. Dua hari berlalu. Kecanggungan semakin kentara aku rasakan terhadap Tuan Barata. Meskipun Tuan Barata tidak menyinggung apapun tentang malam itu, akan tetapi aku tetep merasa gugup. Takut jika apa yang aku pikirkan beberapa hari lalu benar-benar nyata, nyata jika Tuan Barata yang malam itu membuka pintu kamarku. Pagi nya Tuan Barata kembali mengabarkan akan kembali ke Bali sore nanti , dan pastinya Nyonya Jessika benar-benar mempersiapkan dirinya secantik mungkin untuk menenangkan Tuan Barata yang akan pergi meninggalkan rumah sore nanti , dan seperti biasa, Nyonya Jessika bersikap lemah lembut juga penuh kasih pada sang suami, dan tampak Tuan Barata mengimbangi sikap manis itu dengan senyum, seolah hal seperti itu memang selalu tampak pada keduanya, padahal aku juga tau jika hubungan mereka tidak sebaik itu satu tahun ini. Namun aku berusaha berpikir positif, berharap besok atau lusa Nyonya Jessika akan benar-benar menyadari jika sikapnya yang berselingkuh dari Tuan Barata itu tidaklah benar, dan hubungan mereka akan kembali membaik seperti saat pertama aku datang ke rumah ini. Tuan Barata masih berada di rumah , akan tetapi siang itu Nyonya Jessika justru minta izin keluar rumah, dia mengatakan akan ada pemotretan di luar kota, dan minta izin pada Tuan Batara pergi dan menginap satu hari. Tuan Barata tentu saja mengizinkannya, tanpa menolak atau mencegahnya. Sebenarnya Tuan Barata bukan orang sederhana, dia kaya raya, dia lebih dari kata mampu untuk memberikan nafkah dalam bentuk materi dan batin untuk sang istri, tapi herannya dia tidak meminta istrinya untuk berhenti dari pekerjaannya itu. Aku tidak tau apa yang sebenarnya mereka pikirkan, akan tetapi aku menyimpulkan jika mereka menyimpan sebuah rahasia yang tidak ingin diketahui oleh siapapun. Iya, siang itu juga Nyonya Jessika berangkat dengan di antar seorang sopir, sementara Wilona tetap dalam pengasuhan baby sitter. Sementara dua asisten rumah tangga lainnya sedang keluar ke supermarket bersama sopir lain untuk membeli kebutuhan pokok yang sudah di catat oleh Nyonya Jessika pagi tadi. Kebutuhan untuk putrinya, juga dirinya. Hanya aku yang ada di rumah itu, dan seperti biasa, aku akan membersihkan semua kamar dan merapikan ranjang juga mengeluarkan pakaian kotor majikan ku juga anak majikanku. Setelah merapikan kamar milik Wilona, dan mengeluarkan pakaian kotornya, kini giliran kamar Tuan Barata dan Nyonya Jessika yang akan aku bersihkan, karena setiap kamar memang rutin dibersihkan dan di rapikan dua kali sehari. Orang kaya mah bebas. Aku lebih dulu memasukkan pakaian kotor ke keranjang khusus, lalu merapikan ranjang besar itu , dan sungguh, aku benar-benar lupa jika Tuan Barata masih berada di rumah ini, dan saat aku berjongkok untuk merapikan seprai ranjang itu, tiba-tiba Tuan Barata sudah berdiri di belakangku, dan mengejutkanku. Dia hanya menatapku dengan tatapan dingin , tapi detik berikutnya dia juga mendorong tubuhku hingga jatuh di atas ranjang itu, lalu menahan kedua tangan ku , di atas kelapa dan mulai menanggalkan baju kemeja dan rok selutut yang aku gunakan. Aku benar-benar tidak tau cara menghentikannya. Pintu kamar itu tertutup rapat, dan ruangan itu di lengkapi peredam suara, dan sekarang tidak ada satu orang pun di rumah ini yang bisa menolongku. Tatapan dingin Tuan Barata benar-benar membuat ku takut , terlebih lagi sekarang Tuan Barata juga mulai melonggarkan ikat pinggang, juga menurunkan celana yang dia gunakan hingga membuat aku mereka semakin ketakutan, dan iya ...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN