Dengan sangat tak percaya diri, Rayna mengekor langkah Fano yang ada didepannya. Meneguk ludah saat tangan putih lelaki itu menarik kursi kosong, dan dengan begitu sopan, menyuruh Rayna untuk duduk disana. “Saya pesankan minuman dulu ya.” melangkah pergi setelah melihat anggukan Rayna. Sedangkan Rayna, membuang nafas kasar berkali-kali melalui mulut. Mendudukkan p****t dikursi itu, melepas tas dan menaruh dalam pangkuan. Mulai mengelus dadaa yang terasa berdebar tak karuan. ‘Astaga, padahal dia nggak ngapa-ngapain gue, kenapa ini jantung rasanya dah mau copot sih.’ gerutunya, menekan dadaa pelan. “Silakan,” Fano meletakkan segelas teh hangat dimeja depan Rayna. Membiarkan nampan berisi sepiring singkong goreng itu ada ditempatnya. Mengambil kursi tepat didepan Rayna. Rayna mengalihk