Sampai kini jam kampus telah usai. Willis menghampiri kelas Rahi, tapi langkahnya terhenti ketika melihat ada sosok Bian yang duduk di bangku depan kelas. Kemudian disusul oleh Rahi yang nampaknya mereka sedang berbincang hangat. Masih gue liatin, batin Willis berkumandang. Dia maju selangkah, dan terhenti lagi akibat perlakuan sialan Bian yang mengusap kepala Rahi. Ditambah cewek itu malah tertawa tidak keberatan sama sekali saat rambutnya disentuh oleh pria Banyumas itu. Willis berpikir, sepertinya memang benar: mawar hitam cocok untuk Rahi. Willis menyeringai di tempatnya berdiri, lalu berbalik dan meninggalkan Rahi yang duduk manis dengan Bian. Bersama seluruh amarahnya Willis melangkah meninggalkan kampus. Di sisi lain… “Thanks, ya, Bian. Ini gue habis lewat belakang jadi banyak