Willis tepar. Sampai malam tiba dan pagi datang lagi, Willis tidak keluar kamar. Katanya sedang panas dingin, meriang gara-gara sehabis ditendang malah diajak tempur sampai petang. Ibu hamil itu keterlaluan. Rasanya Willis ingin mengumpat, tapi takut dosa. Alhasil, Willis demam. Eve yang kelimpungan. “Kamu kalau gak sanggup tuh bilang!” omel Eve sambil menaruh baskom di nakas, lalu bergerak mengompres Willis sebagai bentuk peduli suami. “Gak baik nolak rezeki.” Eve berdecak, “Dasar lemah!” Willis melotot, wajahnya merah padam. “Awas aja kalau aku lagi sehat, habis kamu!” desisnya jengkel sendiri. Oyajelas! Cowok mana yang rela disebut lemah? Eve malah mencibir. “Hilih, nantangin.” “Eve!” geram Willis. “Iya, Kanjeng?!” Willis berdecak dongkol, ingin rasanya berkata kasar dan melapor