Arsen’s PoV “Selain sensitif karen hormon kehamilan, hatinya kamu itu emang dasarnya lembut aja. Gampang tersentuh, nggak tegaan. Sama orang yang udah jelas jahat sama kamu aja, masih dibaikin aja sama kamu. Nggak ada kamu marah sama itu orang.” Tanganku tak berhenti mengusap-usap punggungnya Gladys yang mana perempuan itu masih menangis terisak. Tanganku satunya lagi mengusap air matanya. Mengecup kepalanya berkali-kali. Sayang sekali padanya yang berhati lembut ini. Mana bisa aku marah? “Aku benar-benar bingung, Kak.” “Sayang, dengar, aku ingin berpisah sama Sania karena udah nggak sanggup lagi. Nggak ada hubungannya dengan kamu, bukan kamu yang menjadi perusak hubungan kami, tapi emang dari sananya hubungan kami udah nggak serusak itu. Oke, aku akan cerita. Jadi, aku waktu itu sempa