“Pengecut! Maumu apa?” sentak Azka. “Urungkan niatmu!” suara Lyra terdengar lagi di telinga Azka. Penuh desakan dan kegeraman. “Enggak!” bantah Azka keras kepala. Sebuah tempelengan terasa dari arah kiri wajah Azka. Kali ini lebih keras dari yang tadi. Dan tanpa diketahui oleh Azka, meninggalkan jejak kemerahan di dahinya. Azka langsung menghela napas dalam-dalam. Diperbaikinya cara duduknya. Kini dia bersila dan memusatkan konsentrasinya. Ia merapal beberapa mantra dalam diam. Dilakukannya hal itu berulang-ulang, setiap kali semakin cepat. Perlahan-lahan, rasa pusing di kepalanya berkurang, hingga akhirnya lenyap sama sekali. “Berengsek! Kamu benar-benar mau cari
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari