Dalam senyap, kaki mereka bertiga menapaki jalanan tanah itu. Tidak ada pembicaraan sedikitpun yang mereka lakukan. Ketiganya seperti sedang mempersiapkan diri dan hati mereka masing-masing untuk sebuah tindakan penting dan menentukan. Suasana begitu hening, dan cenderung mencekam perasaan. Memang, ini adalah tempat pemakaman, dan tak heran jika identik dengan suasana mencekam. Namun, tampaknya khusus kali ini, perasaan mencekam itu mengalami eskalasi yang tidak sedikit. Barangkali, kalau ada daun jatuh ke tanah saja, bunyinya akan demikian nyaring di telinga. Mereka terus melangkah beriringan. Ketika tiba di sebuah makam, Pak Amat mendahului langkah Azka dan Ryn. Pria lanjut usia itu lalu berdiri dan diam beberapa saat. Se