25. Bandung dan Ceritanya

1053 Kata
            Galih juga banyak bertanya kepada Abima ketika mereka melewati beberapa tempat yang asing di mata laki-laki itu. Jujur saja perjalanan ini adalah kali pertama bagi Galih untuk menaiki kereta api karena dia tidak pernah menaiki ini sebelumnya. Galih memang jarang melakukan apa pun di luar kota Jakarta, yang dia tahu hanya seputaran kota itu saja dan jarang sekali pergi ke kota lain. Jika pun ada kunjungan ke kota lain, itu pasti kota yang ada di Sumatera karena keluarga Galih memang berasal dari sana.             Jadi, jika untuk urusan kapal laut Galih sudah sering sekali menaikinya. Berbeda dengan kereta api.             Abima pun menjadi pihak yang pengertian dengan membiarkan Galih untuk duduk di pinggir dekat jendela agar sahabatnya itu bisa melihat-lihat seperti apa yang dia inginkan. Abima mengalah begitu saja agar Galih merasa senang dengan perjalanan mereka saat ini. Abima juga menjadi seseorang yang pengertian dengan menjabarkan kepada Galih tentang beberapa tempat atau wilayah yang mereka lewati.             Walaupun tidak semua hal bisa Galih jawab—yang terkadang dijawabnya dengan kalimat ‘Gue nggak tahu kalo yang ini’, tapi untuk urusan wilayah lain yang Abima ketahui dia pasti tidak akan pelit berbagi informasi dan dengan segera memberitahukannya kepada Galih agar laki-laki itu juga bisa paham dengan daerah-daerah yang mereka lewati untuk bisa sampai ke Bandung.             Selain beberapa kegiatan itu, Galih juga meminta Abima untuk menceritakan beberapa hal tentang dirinya dan juga Bandung.             Bandung dan segala cerita tentang Abima yang ada di dalamnya, Galih ingin sekali mengetahui tentang hal itu.             Abima memang pernah menceritakan tentang beberapa masa lalunya kepada Galih. Termasuk tentang kedua orangtuanya yang meninggal dalam kecelakaan yang cukup tragis. Tapi sepertinya masih ada banyak cerita yang belum Abima bagikan juga kepada Galih hingga akhirnya laki-laki itu jadi meminta. Terserah pada Abima yang ingin menceritakan tentang apa pun, Galih pasti akan tetap mendengarkan semua cerita dari Abima.             “Lo mau cerita apa aja pasti gue dengerin,” ujar Galih di saat Abima baru saja bertanya tentang kisah apa yang harus dia ceritakan tentang masa lalunya?             Abima tidak banyak mengingat memori tentang kedua orangtuanya karena kecelakaan mereka waktu itu terjadi pada usia Abima yang masih terbilang kecil, sehingga sulit bagi Abima untuk mengingat beberapa hal tentang masa kecilnya tersebut.             Namun, walaupun ada beberapa dari bagian ingatannya yang secara tak sengaja sudah Abima lupakan. Dia tentu saja masih ingat betul tentang sosok kedua orangtuanya, untuk yang satu itu sepertinya Abima tidak akan pernah melupakannya.             Masih jelas sekali dalam ingatan bagaimana sosok orangtuanya yang pernah ada di sisi seorang Kelana Abimanyu. Anak laki-laki itu bahkan menyimpan foto orangtuanya di dompet kesayangannya agar dia tidak pernah melupakan bagaimana figur keduanya.             Ingatan akan selalu lapuk dimakan usia.             Kalimat itu memang terbukti benar karena sebagian kecil dari memori tentang masa lalu Abima telah benar-benar laki-laki itu lupakan.             Terkadang, ketika secara tak sengaja sedang membuka beberapa bingkai foto mungkin Abima bisa mengingat beberapa kejadian dibalik foto tersebut dan mungkin saja ingatan itu menjadi salah satu yang telah dia lupakan sebelumnya. Abima bisa kembali mengingat beberapa kenangan yang telah dia lupakan tersebut, namun dengan cara yang sama seperti foto-foto itu.             Harus ada faktor pendorong yang bisa mendorong ingatan Abima yang semula sudah masuk ke dalam jurang ingatannya jadi bisa timbul kembali hingga akhirnya bisa kembali Abima ceritakan ulang tentang apa yang terjadi dibalik peristiwa dari kenangan tersebut.             Semua siklus memang terjadi seperti itu, dan sekarang Galih meminta diceritakan beberapa kisah tentang Abima dan juga kampung halamannya itu.             “Gue inget dulu waktu kecil ayah gue itu suka banget mancing dan ikan hasil tangkapannya pasti akan langsung dimasak sama ibu gue di hari yang sama untuk lauk pauk makanan kita di hari itu. Masakan ibu gue selalu enak, Lih, makanya gue betah banget tuh kalo udah disuruh makan sama ibu gue. Segala hal yang lagu gue lakuin bisa langsung gue tinggalin kalo udah ditawarin makan.”             “Itu sih bukan karena masakan ibu lo yang memang enak, tapi karena emang lo lagi laper dan doyan makan kali Abima. Bahkan sampai sekarang pun lo masih seperti itu.” Galih menyela sambil terkekeh kecil. Lucu sekali mendengar cerita pertama dari Abima yang jelas sedang menutupi fakta bahwa memang laki-laki itu penyuka makanan.             Abima pun ikut tertawa dan kemudian melakukan pembelaan. “Iya, gue emang suka makan. Tapi masakan ibu gue itu beneran enak banget kayak apa yang gue bilang.”             “Masakan ibu gue juga enak kok,” jawab Galih tak mau kalah sambil menjulurkan lidahnya untuk menggoda sahabatnya itu.             Galih langsung menghela napas lelah dan memutar bola matanya. “Terserah lo aja dah, Lih.” Mendengar itu Galih langsung tertawa lagi.             Abima pun mencoba mengingat beberapa kenangan lain tentang dirinya dan juga kota Bandung. Lalu ada satu ingatan yang juga menyangkut tentang kedua orangtuanya yang baru saja Abima ingat.             “Ah, iya! Gue inget tentang alun-alun Kota Bandung!” kata Abima dengan penuh antusias. “Dulu tuh waktu kecil bahkan sampai besar juga gue seneng banget kalo udah diajakin pergi ke alun-alun kota Bandung. Soalnya di sana ramai banget, Lih, mulai dari pengunjung, penjual makanan-makanan kecil sampai pedagang kaki lima juga ada banyak di pinggiran sana.             “Rata-rata orang-orang yang datang ke sana itu pada bawa pasangan atau keluarga gitu jadi selalu ramai apalagi kalo weekend. Keluarga gue termasuk salah satu yang juga sering datang ke sana karena permintaan gue pastinya. Tapi kadang memang ayah gue yang ajak langsung karena dia tahu banget kalo gue suka main ke sana.             “Kalo lagi perayaan tahun baru, tempat itu juga jadi tempat paling ramai yang bisa dikunjungi banyak orang termasuk keluarga gue. Karena dari sana kita bisa lihat kembang api secara langsung yang ada di atas kepala kita dan setiap kali gue lihat itu gue jadi tenang dan senang. Entah kenapa hati gue jadi adem gitu tiap lihat kembang api dan kedua orangtua gue yang ada di samping gue pada saat itu.             “Tapi, karena sekarang gue udah nggak bisa lagi lihat hal itu bareng orangtua gue, jadi ingatan itu cuma bisa gue simpan di dalam kepala gue aja sebagai salah satu bentuk memori yang akan selalu gue ingat. Itu sih kenangan yang paling berkesan di masa kecil gue, apalagi tiap akhir tahun keluarga gue memang rutin datang ke sana. Mungkin kalo nanti ada waktu lebih kita bisa ke alun-alun kota Bandung dan gue bisa ajakin lo ke sana sekaligus nostalgia dengan apa yang ada di tempat itu.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN