26. Kisah Tentang Abima

1027 Kata
            Setelah mendengar semua cerita dan pertanyaan Abima barusan Galih langsung tersenyum lebar dan mengiyakan saran dari Abima itu. Sejak tadi dia hanya mendengarkan dengan serius karena entah mengapa cerita Abima terasa cukup menyesakkan di hatinya sehingga Galih tidak bisa menyela apa pun selain mendengarkannya dengan serius.             Cerita Abima yang selalu Galih dengar—apalagi jika sudah menyangkut tentang kedua orangtuanya pastilah akan selalu menjadi cerita yang mengharukan untuk di dengar. Terkadang Galih juga heran, pada semua masalah yang juga kepahitan hidup yang sudah dialaminya, Abima tetap menjadi sosok laki-laki yang kuat dan dapat memandang dunia dengan segala sudut pandang.             Sahabatnya yang satu itu selalu bisa menilai dunia lewat kedua matanya, dia bukanlah tipe orang yang bisa bersedih akan suatu hal, sebab laki-laki itu akan selalu mencari cara untuk membuatnya senang kembali dan tidak lagi memikirkan kesedihan tersebut.             Begitupun ketika Abima sedang dilanda sebuah masalah, entah itu besar atau kecil, Abima pasti tidak akan mudah pusing dan malah mencari cara dengan cepat bagaimana dia bisa menyelesaikan masalahnya tersebut. Isi kepala laki-laki itu bisa berpikir dengan cepat untuk menuntaskan segala sesuatu yang terjadi pada dirinya sendiri.             Abima itu memiliki pemikiran yang sangat dewasa untuk anak seusianya dan hal itu yang terkadang dapat membuat Galih sangat takjub akan sosoknya.             Abima sendiri sebenarnya hanya belajar dari dirinya sendiri, dia senang menganalisis suatu keadaan sehingga membuatnya jadi bisa berpikir tentang apa yang harus dia lakukan terhadap keadaan tersebut. Setelah kehilangan kedua orangtuanya, Abima harus bisa belajar seorang diri bagaimana caranya untuk menjalani kehidupan. Walaupun dia sempat tinggal dengan keluarganya yang lain tapi rasanya sangat berbeda.             Waktu itu ketika kecelakaan terjadi orangtua Abima tewas di tempat sedangkan Abima masih bisa selamat setelah melewati masa kritis selama tiga hari. Setelah mendapatkan kabar bahwa kedua orangtua Abima telah tiada, akhirnya pihak keluarga dari sang ibu berniat untuk membesarkan Abima, sebab laki-laki itu tidak tahu harus ke mana jika tidak ada yang membawanya.             Waktu itu Abima tinggal dengan paman dan tantenya yang juga memiliki dua anak laki-laki yang satu memiliki usia lebih tua darinya sedangkan yang satu lagi memiliki usia lebih muda. Sebenarnya ada banyak pihak keluarga yang mau mengurus Abima, namun kebanyakan dari mereka telah tinggal jauh dan pada saat itu Abima masih bersekolah sehingga pilihan paling tepat yang bisa dia dapatkan adalah paman dan tantenya tersebut.             Namun entah mengapa Abima bisa merasakan bahwa kedua saudaranya itu cukup tidak suka dengannya, mereka berdua kerap kali mencari masalah hingga Abima sempat dimarahi selama beberapa kali padahal dia tidak melakukan apa pun. Mereka memang jahat dan membuat Abima jadi tak betah tinggal di sana.             Selama beberapa saat Abima hanya bisa menahan karena pikirnya dia juga menumpang dan tidak bisa melakukan hal lain selain menerima saja takdir yang dia dapatkan. Abima juga berpikir bahwa mungkin suatu saat nanti kedua saudaranya tidak akan menjahilinya lagi dan tidak akan berbuat jahat padanya, sebab Abima memang tidak pernah mencari masalah dengan mereka berdua.             Tapi nyatanya mereka berdua tidak pernah mau berhenti dan malah berulah semakin parah hingga Abima bingung harus menanggapi mereka seperti apa. Rasanya Abima ingin marah namun dia tahu bahwa dia tidak mungkin melakukan hal itu di saat dirinya justru tinggal di rumah dari kedua orangtua saudaranya tersebut.             Lagi-lagi yang bisa Abima hanya diam dan terus saja diam hingga akhirnya dia tidak kuat lagi menahan.             Sepertinya kedua saudaranya itu memang hanya tak suka Abima tinggal bersama mereka berdua entah karena apa alasannya padahal Abima tidak pernah melakukan apa pun yang dapat merugikan keduanya.             Dari sana juga Abima kurang bisa merasakan kehangatan keluarga ketika dirinya tinggal di sana sehingga akhirnya memutuskan untuk meminta izin merantau di kota lain dan tinggal seorang diri di sana. Tentu saja Abima awalnya mendapatkan penolakan karena pada saat itu usianya juga masih sangat muda dan sulit untuk melepaskan seorang anak yang masih sangat muda seperti itu untuk tinggal sendirian di kota orang.             Abima juga belum lama merasa kehilangan karena ditinggalkan oleh kedua orangtuanya, pada saat itu pihak keluarga yang lain hanya takut bahwa akan terjadi sesuatu pada Abima dan tidaka akan ada orang lain yang bisa menjaganya nanti.             Tetapi pada saat itu Abima sangat bersikukuh ingin bersekolah di kota lain, dia yang juga masih memiliki uang asuransi yang memang sudah dibuatkan oleh ayah dan ibunya sebenarnya cukup untuk membiayai sekolah Abima walaupun dia harus merantau. Hingga akhirnya karena melihat keinginan Abima yang begitu besar, laki-laki itu pun diperbolehkan untuk merantau dengan satu syarat bahwa ada pihak keluarga yang akan mengantar dan membantunya mencari tempat tinggal baru di sana agar mereka bisa tahu di mana Abima sebenarnya tinggal. Setidaknya Abima tidak benar-benar pergi dari pengawasan mereka.             Setiap bulan pihak keluarga dari sana akan mengirimkan sejumlah uang untuk bisa Abima pakai sebagai biaya hidupnya dan uang itu diberikan dari tabungan ayah dan ibu Abima yang memang sudah disiapkan untuk Abima kelak. Kedua orangtuanya memang sudah menyiapkan beberapa bekal masa depan untuk Abima sejak dirinya kecil untuk berjaga-jaga jika ada sesuatu hal buruk yang terjadi pada mereka.             Dengan didapatkan izin untuk merantau akhirnya Abima benar-benar pergi ke Jakarta bersama dengan salah satu bibinya untuk mengurus kepindahan sekolah sekaligus mencari tempat tinggal baru untuk dirinya tempati.             Berdasarkan beberapa informasi dan rekomendasi dari orang-orang sekitar akhirnya Abima bertemu dengan asrama kartapati dan akhirnya memilih untuk tinggal di sana ketika kehidupannya sebagai perantau dimulai. Sungguh keputusan yang tepat memilih asrama kartapati sebagai tempat tinggalnya pada saat itu karena sekarang bahkan Abima masih tinggal di sana dengan sangat nyaman dan Abima juga bisa mendapatkan banyak pengalaman baru serta teman-teman dan juga orangtua baru di sana.             Awalnya Abima tidak mau berekspektasi terlalu tinggi tentang tempat tinggal barunya, karena pikirnya tempat kos akan menjadi tempatnya tinggal saja dan Abima tetap akan memiliki teman di sekolah barunya nanti. Abima tidak pernah mau menaruh harapan apa pun pada awalnya karena dia juga takut dikecewakan dengan keadaan yang tidak sesuai dengan keinginannya.             Namun pada saat itu, alih-alih menemukan sebuah kos untuk dirinya tempati. Abima dan Bibinya justru menemukan sebuah asrama yang baru saja dibangun satu bulan yang lalu dan asrama tersebut baru terisi dengan tiga orang dalam asrama putrinya. Pada saat itu Abima menjadi penghuni paling muda di sana karena rata-rata yang menyewa kamar di asrama putra itu adalah kakak-kakak yang sudah berkuliah dan juga sudah bekerja.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN