27. Harapan Kecil

1057 Kata
            Abima lagi-lagi tidak mau menaruh harapan apa pun terhadap interaksinya yang akan terjadi dengan para penghuni itu. Tapi ternyata semua hal justru melambung tinggi daripada harapannya sendiri.             Abima tidak pernah menyangka bahwa akan bertemu dengan pemilik asrama yang baik dan bisa sangat menyayanginya seperti anak sendiri. Abima juga tidak menyangka bahwa dia akan bisa tinggal di tempat yang nyaman dan juga murah di saat bersamaan, Abima juga tidak pernah menyangka bahwa dia akan dekat dengan penghuni asrama terutama dengan Kak Anjar walaupun mereka memiliki tautan usia yang tidak dekat.             Semua itu benar-benar Abima dapatkan di satu bulannya setelah tinggal di asrama tersebut dan Abima sangat senang karena ternyata keputusannya untuk memilih merantau diberikan jalan yang baik oleh Tuhan hingga sekarang Abima tidak merasakan kesepian dan kesendirian lagi. Kesedihan pun perlahan-lahan menghilang dari hatinya dengan sendirinya dan Abima sangat mensyukuri hal itu.             Abima benar-benar dipertemukan dengan orang-orang yang baik yang bisa bertahan bersamanya hingga saat ini. Mereka yang ada di dalam asrama kartapati itu adalah orang-orang baik yang Abima maksudkan.             Lewat Pak Karta juga Abima jadi bisa belajar banyak hal, pria paruh baya itu sering kali melakukan pembicaraan serius dengan Abima karena Pak Karta pikir Abima masih membutuhkan sosok seorang ayah yang bisa diajak bicara olehnya, maka dari itu Pak Karta selalu berkata bahwa semua penghuni asrama adalah anaknya juga dengan maksud agar Abima juga dapat merasakan hal yang sama dan jadi tak canggung jika ingin membicarakan sesuatu dengan Pak Karta.             Dan Abima melakukan itu.             Dia sering kali bercerita dan meminta saran dari pria paruh baya itu. Pak Karta juga sering mengingatkan Abima tentang hal yang baik dan tidak baik untuk dilakukan olehnya sehingga Abima tidak tersesat ke jalan yang salah. Pak Karta juga banyak membantu sekali membantu Abima, bahkan sudah tidak bisa Abima hitung lagi sudah berapa banyak bantuan yang pria itu berikan kepadanya.             Pak Karta juga yang selalu mengajarkan Abima untuk sabar dalam menjalani hidupnya yang terkadang terasa sulit. Pak Karta memang sudah tahu bahwa Abima adalah anak yatim piatu ketika pertama kalinya anak itu datang ke asramanya, Bibinya yang memberitahukan pada saat itu. Sehingga Pak Karta sangat menjaga Abima karena dia tahu bahwa Abima tidak lagi memiliki orangtua.             Abima sangat bersyukur karenanya dan Abima jadi merasa seperti memiliki sosok seorang ayah baru lewat Pak Karta.             Tentu saja bukan hanya Pak Karta, tetapi Ibu Ana juga selalu menjadi sosok yang baik untuknya seperti sebagai pengganti ibunya yang telah tiada. Ibu Ana selalu memperlakukannya sebagai anak sendiri dan tidak pernah lelah memberikan Abima perhatian yang sangat tulus.             Abima sangat menyayangi mereka berdua dan juga seluruh penghuni yang ada di asrama kartapati termasuk juga dengan Tarisa yang sudah Abima anggap sebagai adiknya sendiri. Walaupun baru terhitung dua tahun Abima tinggal di sana, tapi sudah banyak sekali pengalaman dan juga kenangan yang dia dapatkan dari asrama tersebut dan rasanya Abima sampai tidak mau pergi dari sana.             Kelulusan Sekolah Menengah Pertama pada waktu itu tidak menjadikan Abima ingin pulang ke kotanya dan kembali bersama dengan keluarga di sana. Abima justru mencari sekolah lanjutan yang juga berada dekat dengan asrama kartapati agar dirinya masih bisa tinggal di sana dan tidak perlu pergi.             Abima pun berhasil, dia justru diterima di salah satu Sekolah Menengah Atas ternama di lingkungan itu dan pada akhirnya Abima benar-benar melanjutkan sekolahnya di sana. Abima masih tinggal di dalam asrama kartapati dan dia sangat senang akan hal itu.             Abima juga memiliki rencana lanjutan untuk berkuliah di kota yang sama. Alasan utamanya bukan hanya karena dia ingin tetap tinggal di asrama tersebut, tetapi karena universitas impiannya memang ada di Ibu Kota Jakarta dan kebetulan memiliki letak yang tidak begitu jauh dari asrama kartapati.             Jika Abima bisa menyelesaikan sekolahnya dengan baik dan mendapatkan nilai yang bagus, apalagi jika dia diberikan kesempatan untuk bisa berkuliah di universitas impiannya kelak tentu hal tersebut akan menjadi sesuatu pencapaian yang sangat Abima syukuri. Dia pasti akan sangat senang jika impiannya itu bisa terkabul dengan baik.             Abima sudah memiliki rencana jangka panjang untuk hidupnya yang beberapa di antaranya melibatkan asrama ini. Abima sungguh sangat menyayangi asrama kartapati sehingga rasanya dia ingin selalu tinggal di sini sampai tua nanti, dia bahkan tidak ingin berpisah dengan para penghuni yang sekarang karena sudah terlalu nyaman dengan mereka.             Namun Abima tahu bahwa dirinya tidak boleh egois, bagaimanapun juga para penghuni lain di asrama kartapati memiliki keluarga yang selalu menunggu mereka untuk pulang. Lagipula Abima juga tidak memiliki hak untuk memaksa mereka tetap tinggal di asrama kartapati ketika urusan mereka sudah selesai.             Siklus datang dan pergi itu memang akan selalu terjadi dalam hidup manusia. Abima harus selalu siap menerima siapa pun yang datang dan juga siap melepaskan jika ada salah satu dari mereka yang akan pergi. Abima tidak memiliki kuasa setinggi itu untuk bisa menahan mereka agar tidak pergi.             Terkadang nyaman itu akan selalu menjadi jebakan apalagi ketika kita merasa nyaman dengan sebuah zona. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari, tapi jika kita tetap berada pada zona nyaman tersebut yang ada nantinya kita akan menjadi pihak paling sedih jika zona nyaman yang kita tinggali itu mulai tak beraturan.             Kita akan menjadi pihak yang paling sedih karena tidak pernah menduga bahwa zona nyaman yang kita tempati itu nyatanya bisa saja menjadi sesuatu yang bisa terasa sangat menyakitkan dan dapat menghancurkan kita di kemudian hari.             Abima tidak mau menjadi seperti itu, tapi dirinya juga tidak bisa memungkiri bahwa dia sangat menyayangi asrama kartapati dan rasanya sulit jika harus berpisah dengan tempat tersebut ataupun orang-orang yang ada di dalamnya. Walaupun Abima sendiri tidak tahu pasti apa yang akan terjadi di kemudian hari nanti.             Untuk sekarang Abima hanya akan menjalani hidupnya seperti air yang mengalir dan tetap menikmati serta mensyukuri apa yang ada saat ini. Abima ingin memperbanyak lembaran kenangan dengan semua orang yang dia anggap amat sangat berharga untuknya dan tak lupa bersyukur untuk setiap hal yang dia punya.             Jika kelak dirinya akan mengalami hal yang menyakitkan terkait zona nyamannya tersebut, Abima hanya berharap bahwa semoga saja ada seseorang—walaupun hanya satu, yang kelak bisa menenangkannya. Abima hanya perlu satu orang jika sampai hal itu terjadi, karena Abima tidak bisa jika harus jatuh dan menangis seorang diri. Dia akan butuh orang lain yang bisa membantunya untuk bangkit kembali.             Walaupun sebenarnya doa Abima lebih besar untuk tidak adanya masalah di kemudian hari. Tapi apa pun yang terjadi di masa depan nanti, semoga saja Abima dapat melewatinya dengan sangat baik.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN