12. Sahabat Baik

1495 Kata
            Walaupun sangat sibuk dengan kehidupan nyatanya, Pak Karta tidak pernah berhenti untuk belajar sehingga dia tetap menjadi siswa yang berprestasi di sekolahnya.             Jika boleh jujur, di tahun pertamanya bersekolah, Pak Karta hampir saja terjatuh dalam pergaulan yang salah. Dia hampir salah memilih teman dan terjerumus dalam pergaulan yang sangat tidak baik, untungnya pria itu bisa sadar lebih cepat dan keluar dari perkumpulan itu hingga tidak pernah lagi bermain bersama mereka. Jika waktu itu akan terus dia lanjutkan maka akan jadi apa dirinya sekarang?             Jika dibayangkan saja sepertinya Pak Karta sudah tahu skenario terburuk yang akan dia dapatkan adalah mungkin saja putus sekolah dan menjadi gelandangan di kota ini, dan yang lebih buruk adalah tentu saja pria itu akan membuat malu seluruh keluarganya di kota tinggalnya.             Semua kalimat yang pernah dia katakan kepada keluarga besarnya tentang keinginan untuk merantau dan segala sesuatu yang berkaitan dengan kesuksesan ternyata hanya bisa dia buktikan dengan omong kosong belaka. Sepertinya jika hal itu sampai terjadi Pak Karta sungguh tidak bisa membayangkan lagi akan jadi seperti apa hidupnya setelah itu. Bukannya membawa hasil dia malah akan mengecewakan mereka semua.             Maka dari itu dia berusaha untuk hidup di kota besar dengan segala kemampuan yang dirinya punya.             Berbicara soal kos-kosan barunya, Pak Karta merasa cukup nyaman tinggal di sana, hanya saja ada beberapa hal yang tidak mengenakkan dari tempat itu, yaitu tentang air dari kamar mandinya yang terkadang suka berhenti mendadak dan tidak bisa mengalir entah karena apa. Ketika bertanya dengan pemilik kosan pun dia hanya bilang bahwa memang sering ada gangguan dari aliran air di rumahnya dan berimbas juga ke kosan, selama ini juga memang seperti itu. Tetapi tentu Pak Karta tidak betah dengan keadaan seperti itu, belum lagi pemilik kosannya terkesan tidak cepat tanggap dan cuek sekali dengan permasalahan seperti itu.             Mau tahu apa yang terjadi setelah itu?             Tentu saja pria itu langsung berpikir keras untuk kembali mencari tempat tinggal yang baru karena lagi-lagi merasa tak nyaman dengan keadaan kosannya pada saat itu. Padahal baru terhitung enam bulan setelah perpindahannya waktu itu.             Namun, semua orang pasti menginginkan tempat tinggal yang nyaman, sebab semua rasa lelah yang sudah dirasakan di luar rumah pasti akan hilang jika kita sudah kembali ke kamar masing-masing. Namun, kosannya yang menjadi rumah kedua ini masih tak terasa nyaman untuk ditinggali. Jika ingin pindah lagi pun berarti Pak Karta harus memutar otaknya dengan cepat untuk memikirkan bagaimana dirinya bisa mendapatkan tambahan uang lagi dan bisa pindah ke tempat yang lebih layak daripada tempatnya sekarang.             Hampir sebulan pria itu mencari pekerjaan lain yang bisa dia kerjakan untuk menambah pendapatannya, namun selama sebulan itu pula Pak Karta tidak mendapatkan hasil apa pun sebab dia masih seorang siswa Sekolah Menengah Atas, yang mana tidak akan ada pekerjaan yang mau menerima anak SMA sepertinya, apalagi dia belum lulus dan masih berada pada tahun pertama.             Kalaupun ada pasti tidak sesuai dengan keinginannya, sebab rasanya percuma jika mendapatkan pekerjaan namun dengan gaji yang tidak sesuai dengan harapannya. Pak Karta hanya akan membuang lebih banyak waktunya hanya untuk gaji yang bahkan belum bisa sepenuhnya menutupi kebutuhannya.             Tapi, pria itu pantang menyerah dan terus saja mencari setiap ada waktu kosong. Selama mencari dia terus-menerus berusaha untuk bertahan di kosan itu, jika air di sana tidak mengalir maka dia akan menumpang mandi di kosan temannya yang lain atau bahkan dia juga pernah menumpang mandi di sekolah dengan datang lebih pagi daripada sebelumnya agar tidak ada yang tahu tentang tindakannya tersebut.             Semua hal yang terasa sulit rasanya sudah pernah Pak Karta lakukan untuk bertahan hidup di ibu kota yang kejam itu.             Tapi, ketika kenaikan ke kelas dua di masa Sekolah Menengah Atasnya, dia dipisahkan dengan teman-teman sekelasnya yang lama dan memasuki kelas baru dengan nama kelas unggulan. Pak Karta termasuk siswa yang pintar sehingga dia bisa masuk ke dalam kelas unggulan dalam sekolah itu dan bersaing dengan anak-anak unggulan dari kelas yang lain juga.             Di kelas dua masa sekolahnya, Pak Karta bertemu dengan berkenalan dengan salah satu laki-laki bernama Daffa dan berakhir menjadi temannya selama berada di kelas itu, mereka bahkan satu bangku padahal prestasi yang mereka miliki hampir seimbang. Bahkan keduanya bisa terbilang dua siswa paling paling pintar di kelas itu pada masanya.             Daffa adalah orang yang sangat baik. Dia berasal dari keluarga baik-baik dan juga terpandang, namun statusnya itu tidak menjadikan Daffa sebagai orang yang sombong dan pilih-pilih teman. Daffa bukanlah orang seperti itu. Dia bahkan mau berteman dengan Pak Karta yang jelas-jelas seorang perantau dan datang dari desa, mereka bahkan menjadi teman sekaligus rival yang sangat baik.             Berteman dengan Daffa membuat pandangan Pak Karta semakin terbuka, sebab mereka saling bertukar cerita dari sudut pandang masing-masing. Mereka juga suka belajar bersama walaupun keduanya sering kali memperebutkan peringkat satu dalam pelajaran apa pun. Semua guru menyukai mereka berdua, karena selain pintar keduanya juga bukan siswa yang suka mencari masalah sehingga ada banyak orang yang lantas menaruh respek bagus kepada keduanya.             Pak Karta sempat menanyakan kepada Daffa apakah dia pernah tinggal di kos-kosan sebelumnya tapi Daffa bilang bahwa dia tidak pernah dan akhirnya Pak Karta menceritakan segala sesuatu yang terjadi padanya sejak awal memilih merantau ke kota orang. Dia juga menceritakan bahwa sudah pindah kosan sekali dan sekarang ingin mencari kosan yang baru lagi, namun hal yang lebih urgensi dia butuhkan adalah pekerjaan. Karena percuma jika sudah mendapatkan kosan pengganti tapi dia malah kekurangan biaya untuk membayarkannya.             Daffa terkesan dengan seluruh cerita yang Pak Karta beri tahu kepadanya, keren sekali mendengar seluruh perjuangan yang pria itu jalani sedangkan dirinya bisa terima jadi segala hal yang dia inginkan karena Daffa memang berasal dari keluarga yang memiliki segalanya. Mereka berdua memang terlampau berbeda dari segi ekonomi keluarga dan keadaannya. Tapi, hal tersebut tentu tidak mempengaruhi pertemanan keduanya.             Daffa bilang bahwa dia akan mencari tahu dari kedua orangtuanya apakah mereka memiliki rekomendasi pekerjaan yang bisa Daffa berikan kepada Pak Karta, dia akan membantu sebisanya jika memang ada hal yang bisa dia bantu. Daffa juga bilang bahwa dia akan membantu Pak Karta mencarikan kosan baru untuk tempat pria itu tinggal agar lebih nyaman daripada sebelumnya.             Sebulan terlewati lagi dan Pak Karta masih tetap menjalani kewajibannya seperti biasa sebagai seorang pelajar dan juga pekerja di minimarket kecil. Belum ada hal spesial yang bisa merubah ekonominya menjadi lebih baik, bahkan masih sama seperti sebelumnya. Hanya saja lingkungan sekolah membuatnya jadi bersemangat karena ada Daffa di sana yang baik sekali padanya.             Bahkan terkadang Pak Karta seringkali di ajak mengingap di rumah Daffa walaupun dirinya lebih sering menolak karena merasa tak enak dengan keluarga dari laki-laki itu. Sesekali dia akan mengiyakan namun lebih sering menolak, Daffa pun tidak mempermasalahkan hal itu karena dia tahu pasti sulit untuk menyetujui keinginannya. Pasti Pak Karta memiliki rasa tak enak sebab dia berasal dari keluarga yang kecil.             Tetapi, pada suatu hari Daffa pernah datang ke sekolah dengan bersemangat dan memberikan sebuah kabar baik kepada Pak Karta. Kabar yang akhirnya dapat merubah ekonomi pria itu sehingga mulai menjadi lebih baik dan merubah sedikit hidupnya untuk bisa merasakan rasa nyaman yang selama ini dirinya cari.             Dan semua itu dia dapatkan dari Daffa yang merupakan teman satu kelasnya.             Waktu itu Daffa memberitahu bahwa tantenya sedang mencari seorang guru les untuk anaknya yang masih bersekolah pada tingkat Sekolah Dasar, tadinya wanita itu meminta Daffa saja yang mengajarkannya, namun Daffa tidak memiliki basic sebagai seorang pengajar dan dia juga sering bertengkar dengan sepupunya itu sehingga rasanya akan sulit jika dia yang mengajarkan. Lagipula Daffa juga cukup sibuk dengan seluruh les yang juga dia ikuti.             Daffa menawarkan Pak Karta untuk mengajar adik sepupunya itu, walaupun dia juga tahu bahwa pada saat itu Pak Karta juga sibuk bekerja di minimarket dan belajar seorang diri di rumahnya. Tapi tawaran yang Daffa berikan nyatanya bisa mendapatkan gaji empat kali lebih besar dari gajinya bekerja di minimarket. Sekali berpikir pun Pak Karta sudah sangat tahu bahwa pekerjaan baru ini bisa sangat menguntungkannya, apalagi dia butuh uang tambahan untuk bisa pindah ke tempat lain dan juga untuk menambah ekonominya yang masih terasa amat kurang.             Lagipula jika dipikir-pikir juga, menjadi guru les tidak seberat yang Pak Karta kira, waktunya akan tersisa lebih banyak daripada dia harus bekerja sebagai penjaga minimarket yang banyak menghabiskan waktunya selama semalam penuh hingga terkadang dia sampai tak bisa tidur.             Akhirnya Pak Karta menerima tawaran pekerjaan itu dan bertemu langsung dengan tante Daffa, untungnya wanita paruh baya itu suka padanya sehingga menerima dirinya untuk mengajarkan anaknya itu. Sistem pengajaran yang diberikan oleh Pak Karta pun bisa dengan mudah dipahami oleh adik kecil itu dan ada peningkatan pesat selama dia les bersamanya, yang menandakan bahwa kinerjanya sebagai seorang guru les ternyata bisa diandalkan dan Daffa tidak sia-sia merekomendasikannya kepada tantennya sebagai guru les.             Daffa benar-benar sosok sahabat yang amat baik yang telah berhasil membantu Pak Karta untuk keluar dari krisis ekonomi yang membuatnya pusing bukan main. Laki-laki itu hadir bak seperti penyelamat di saat Pak Karta berpikir bahwa kehidupannya tidak akan lebih maju daripada ini, namun Daffa datang menyelamatkannya dari segala hal yang memberatkan.             Pak Karta amat bersyukur karena sudah bertemu dengan laki-laki itu di masa Sekolah Menengah Atasnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN