21. Penghuni Baru

1140 Kata
            Kembali pada kejadian saat ini.             Fakta bahwa sampai saat ini, satu kamar di dalam bangunan asrama penghuni putri menjadi milik Tarisa menjadikan Pak Karta dan Ibu Ana tidak lagi menerima penyewa baru kecuali ada salah satu dari penghuni sekarang yang memang sudah menyelesaikan urusan mereka di kota ini dan ingin menyelesaikan masa sewa mereka juga.             Tarisa juga menepati janjinya waktu itu untuk menaikkan nilainya di setiap semester dengan belajar bersama Abima ketika laki-laki itu memiliki waktu luang, sehingga dengan usahanya tersebut membuat Pak Karta jadi menepati janjinya juga kepada gadis kecil itu.             Tarisa tidak bohong juga, gadis itu memang sering kali bolak-balik tidur di kamarnya di rumah utama ataupun di dalam asrama putri. Para penghuni putri juga tidak pernah ada yang mempermasalahkan jika secara tiba-tiba Tarisa datang dan masuk ke dalam kamarnya yang ada di sana. Gadis kecil yang sekarang sudah tidak lagi kecil itu juga sering mengajak beberapa kakak-kakaknya mengobrol ketika dilihatnya mereka sedang tidak sibuk melakukan apa pun.             Sehingga satu kamar di dalam asrama itu tidak benar-benar kosong karena Tarisa memang kerap kali memakainya juga walaupun tidak sesering itu.             Karena terisinya kamar tersebut oleh Tarisa membuat Pak Karta jadi selalu menolak ketika ada gadis lain yang bertanya apakah ada kamar kosong di dalam asrama kartapati yang bisa dirinya tempati. Pak Karta akan menjelaskan bahwa memang ada satu kamar yang kosong namun tidak bisa disewakan oleh siapa pun karena kamar itu digunakan untuk suatu hal yang penting dan memang sengaja dikosongkan.             Pak Karta tidak berbohong dengan mengatakan bahwa kamarnya full, tapi dia justru menjelaskannnya dengan cara yang lain yang dapat membuat para gadis-gadis itu mengerti. Dan setelah itu mereka memang tidak bertanya lagi setelah mengetahui bahwa mereka tidak bisa menempati asrama tersebut.             Namun, satu bulan yang lalu, Pak Karta mendapatkan kabar dari sahabat lamanya semasa Sekolah Menengah Atas yaitu Daffa, setelah cukup lama mereka tidak berkabar apalagi bertemu. Jika bertukar kabar memang sesekali dilakukan namun karena Daffa adalah orang yang sangat sibuk menjadikan mereka tidak sesering itu melakukannya, lagipula mereka juga sudah sama-sama berumur dan berkeluarga rasanya tidak ada banyak hal yang bisa dibicarakan lewat pesan. Mungkin jika bertemu langsung memang akan ada banyak hal yang bisa dibicarakan, terutama untuk bernostalgia tentang apa saja yang sudah pernah terlewati di masa remaja mereka.             Maka dari itu Pak Karta sangat senang ketika menerima kabar dari Daffa waktu itu, apalagi ketika temannya itu mengatakan bahwa dia akan berkunjung tidak lama lagi karena ingin menitipkan putrinya di asrama milik Pak Karta jika memang masih ada kamar yang tersisa untuk disewa, Daffa belum bisa menjelaskan lengkapnya yang pasti dia bilang jika memang masih ada yang tersisa maka Daffa ingin menitipkan putrinya di sana selama tiga bulan.             Daffa tentu saja mengetahui tentang Pak Karta yang memiliki sebuah asrama. Daffa menjadi satu-satunya teman masa sekolahnya yang mengetahui tentang hal itu. Sebab, sejak dulu Pak Karta memang sering membicarakan tentang mimpinya untuk membangun sebuah asrama kepada Daffa. Laki-laki itu tentu menjadi sahabat yang mendukung penuh apa yang Pak Karta mimpikan, bahkan Daffa juga terus memberikan dukungan agar suatu saat mimpi Pak Karta itu bisa tercapai.             Dan sekarang mimpi itu sudah benar-benar tercapai. Dua tahun lalu, Daffa menjadi orang pertama yang Pak Karta kabari tentang asramanya yang baru saja diresmikan, Pak Karta sudah sempat mengundang laki-laki itu untuk datang namun pada saat itu waktu mereka tidak mendukung untuk bertemu sehingga Daffa tidak bisa berkunjung ke asramanya.             Pak Karta tentu menghubungi keluarganya juga tentang hal ini, dia tidak pernah melepas kontak dengan keluarganya di desa sana. Bahkan sesekali Pak Karta sering juga pulang kampung bersama dengan Ibu Ana dan Tarisa, dan terkadang jika hal itu terjadi maka Pak Karta akan menitipkan asrama kepada Anjar dan juga Cya sebagai penghuni paling dewasa di asrama itu.             Pak Karta sudah lama tidak bertemu dengan Daffa maka kesempatan seperti ini tidak bisa dia lewatkan begitu saja, mengingat bahwa sejak dulu Daffa menjadi sosok yang sering sekali membantunya di saat-saat susahanya, tentu sampai saat ini Pak Karta masih berhutang budi padanya. Mereka tinggal di kota yang berbeda sehingga susah rasanya untuk mengatur pertemuan, sekarang ketika ada kesempatan maka harus dipergunakan sebaik mungkin.             Lalu ketika Daffa kembali menghubunginya dan mengatakan bahwa dia ingin menitipkan putri tunggalnya untuk tinggal di asrama kartapati selama tiga bulan ke depan. Tentu saja Pak Karta langsung merasa senang dan mengiyakan perkataan sahabatnya itu tanpa pikir panjang lagi, Pak Karta berkata bahwa ada satu kamar kosong yang bisa ditempati dan disewakan untuk putrinya Daffa tersebut.             Walaupun kenyataannya kamar itu sekarang milik Tarisa tapi Pak Karta bisa membicarakan hal ini kepada putrinya tersebut. Apalagi istri dan anaknya itu sudah sering Pak Karta ceritakan tentang Daffa, bahkan anak-anak penghuni asrama juga tahu tentang laki-laki itu yang sudah banyak membantunya di masa SMA, sehingga rasanya pasti tidak akan sulit untuk berbicara dengan Tarisa dan meminta kamar itu untuk disewakan dalam waktu tiga bulan ke depan.             Tiga bulan itu bukan waktu yang lama, pasti Tarisa akan setuju. Lagipula sekarang-sekarang ini, putri kandungnya itu sedang sibuk-sibuknya dengan les dan juga setiap tugas serta pekerjaan rumah yang diberikan oleh sekolahnya untuk dikerjakan. Akhir-akhir ini Tarisa memang sudah jarang mendatangi asrama putri karena dia sedang sibuk luar biasa sehingga rasanya untuk memiliki waktu kosong saja sulit sekali.             Ketika ada waktu kosong pasti akan Tarisa gunakan untuk istirahat atau pun belajar lagi sehingga dia jadi jarang menghabiskan waktu bersama dengan kakak-kakak perempuannya itu.             Sesuai dengan tebakan Pak Karta bahwa tidak akan sesulit itu untuk membujuk Tarisa dan benar saja gadis itu setuju-setuju saja jika memang ayahnya ingin kembali menyewakan kamar kosong itu.             “Aku juga udah besar sih, Yah. Jadi kalo pun ada acara sampai malam di sana bareng kakak-kakak yang lain, aku pasti bisa pulang ke kamar utama aku dan nggak perlu takut. Jadi kayaknya kalo sekarang mau Ayah sewain lagi kamarnya aku nggak masalah, aku juga udah besar, udah nggak punya banyak waktu lagi buat main-main, ‘kan?” Kalimat itulah yang Tarisa katakan pada waktu itu ketika Pak Karta meminta izin untuk menyewakannya lagi.             Pak Karta juga memberitahu bahwa dia akan menyewakan kamar itu kepada anak dari sahabatnya, Tarisa mengenal sahabat Karta yang satu itu walaupun belum pernah bertemu langsung. Tarisa juga mengatakan bahwa dia tidak sabar bertemu dengan kakak perempuan baru yang akan menyewa kamarnya tersebut.             Pak Karta tidak tahu sejak kapan putri tunggalnya itu sudah menjadi sedewasa ini, kamar kosong itu sudah Tarisa jadikan hak miliknya sejak satu tahun yang lalu. Tapi sekarang dia justru berkata bahwa tidak apa-apa jika dirinya ingin kembali menyewakan kamar itu, sebab Tarisa juga sudah tidak begitu membutuhkannya lagi. Sekarang sudah ada banyak hal yang harus dilakukan oleh putrinya itu sehingga dia tidak bisa membuang banyak waktunya hanya untuk main-main.             Setelah mendapatkan izin dari Tarisa, akhirnya Pak Karta benar-benar membersihkan kamar itu dan akan memberikannya kepada putri Daffa ketika mereka datang nanti. Putri Daffa akan menjadi penghuni baru setelah sekian lama asrama ini tidak mendapatkan penghuni baru lagi.   
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN