“Argh! Aku udah nggak tahan lagi!” Nurmala membanting gayung yang baru saja dia gunakan untuk mengguyur seluruh tubuhnya. Setelah mendinginkan kepala dengan beberapa siraman air, kekesalannya masih tetap menggunung. Bagaimana tidak, setiap hari ketika Nurmala bangun jam lima pagi, keadaan dapur sangat berantakan padahal dia pikir Harti akan membantunya mencuci piring saat malam hari. Namun, begitu pagi datang, peralatan makan itu masih di tempat yang sama. Bahkan ketika Nurmala sekarang banyak bekerja dari pagi hingga malam, Harti sama sekali tak peduli dengan pekerjaan rumah dan berpikir bahwa semua itu adalah tugas menantunya. “Sejak Larasati pergi, Ibu menjadikanku sebagai pembantunya! Malik dipenjara sampai bertahun-tahun, jadi nggak ada gunanya juga aku tetap di rumah ini.” Nurma