“Sayang, besok aku terbang ke Korea pagi, jadi bangunin aku jam tiga, ya?” Danu melempar tatapannya ke arah jam dinding yang menunjukkan angka sepuluh, lalu kembali pada Layla yang tengah duduk di depan cermin sambil mengeringkan rambut yang basah setelah melakukan penerbangan dari Singapura-Jakarta. “Kenapa jam terbangmu nggak pernah berhenti? Kamu yakin bisa hadir di hari pernikahan kita tahun depan, bukan?” Layla tersenyum manis menatap kekasihnya dari pantulan cermin, lalu mematikan hair dryer tersebut dan meletakkannya di atas meja. Dia berbalik badan dan menggoda Danu dengan kerlingan mata nakal. “Kenapa kamu selalu curiga sama aku?” Layla bertanya sambil beranjak dan menghampiri Danu yang bersandar di atas ranjang. Perempuan itu kini berada di pangkuan Danu, berpegangan pada pu