"Pak Agam?" Carina kembali menyebut nama pria itu. Dahinya berkerut. Kenapa rasa-rasanya wajah ini tak asing? Tapi dimana dia pernah melihatnya? Tanyanya pada diri sendiri. Carina memilih untuk mengabaikan pikirannya. Bertemu dengan banyak orang sudah menjadi kebiasannya, dan kuota otaknya tidak mampu untuk mengingat mereka semua. "Panggil saya Agam, atau Mas Agam." Jawab Agam dengan sopan. "Saya merasa jadi orangtua kalau dipanggil Pak." Ucap Agam seraya mengulurkan tangan. Carina mengangguk seraya membalas senyuman ramah itu dengan senyuman pula dan menerima uluran tangan itu. "Carina." Ucapnya memperkenalkan diri. Aku tahu. Jawab Agam dalam hati. "Maaf terlambat, ada hal mendadak tadi." Ucapnya dengan wajah menyesal. Masih dengan senyum di wajahnya, Agam menjawab. "Tidak apa-apa. Sa