9. Gelisah

1372 Kata
Ayesha bangun pagi-pagi sekali demi menyiapkan keperluan suaminya. Ia mengambil kemeja Keenan untuk di setrika. Tak lupa ia membuatkan sarapan yang spesial. Ayesha melakukan semua pekerjaan dengan hati-hati. Berharap tidak ada lagi kesalahan yang dia lakukan. Ia cinta dengan Keenan. Ia tidak mau setiap hari harus bertengkar karena hal sepele. Namun, hanya satu yang belum bisa Ayesha tepati. Ayesha belum mau punya anak. Ia mengambil pil pencegah kehamilan dari sakunya. Segera ia minum agar tidak ketahuan Keenan. "Maafin aku, Keen. Aku belum siap." batin Ayesha. Ayesha belum bisa keluar dari pekerjaannya dalam waktu dekat. Karena Keenan juga masih proses mencari kerja. Ia takut kalau ia keluar dari pekerjaannya, ekonominya akan carut-marut. Kalau ia hamil sekarang, ia takut akan menjadi beban untuk Keenan. Entahlah, pemikiran Ayesha terlalu penuh aura negatif. "Kelihatannya enak!" celetuk Keenan yang membuat Ayesha tersentak. "Ayo Mas, sarapan dulu!" ajak Ayesha. Keenan mengecup pipi Ayesha pelan. Ayesha menunduk malu. Rasanya, hanya mendapat ciuman dari Keenan, rasa cinta untuk Keenan semakin bertambah. Keenan mengusap pelan pipi Ayesha yang merona. Menyelami lebih dalam wajah cantik istrinya. "Mas, tangan kamu halus banget. Aku aja yang cewek, bisa kalah." ucap Ayesha memegang telapak tangan Keenan yang sangat halus bak sutera. Keenan tersenyum. Ia merasakan tangannya sendiri yang sangat halus. "Aku takut kamu tinggalin aku, dan cari perempuan yang tangannya lebih halus." aku Ayesha jujur. Yang namanya perempuan, sifatnya tak jauh dari kata pecemburu. "Kamu tau, tangan Ayahku lebih halus daripada tangan Bunda. Karena pekerjaan Ayahku cuma di kantor. Sedangkan pekerjaan Bunda, mulai dari bangun tidur, nyapu, masak, cuci piring, cuci baju, bersih-bersih. Itu sebabnya telapak tangannya tidak bisa halus. Dan kamu pun begitu. Kamu melakukan pekerjaan rumah yang membuat tanganmu tidak halus. Egois bila aku meninggalkan wanita yang rela tangannya tidak halus demi kebutuhan suaminya terpenuhi," jelas Keenan mengusap-usap pipi Ayesha. Dan lagi-lagi Ayesha tersenyum malu. "Janji ya Mas, kamu gak bakal lirik perempuan lain." ujar Ayesha. Melihat penampilan Keenan yang casuel, ia jadi was-was makin banyak yang terpesona dengan suaminya. Dengan baju casuel saja, Keenan tampak lebih tampan. Susah kalau punya suami ganteng. Pakai apapun juga tetap ganteng. "Tanpa kamu minta, pun. Aku gak akan melirik wanita lain. Di rumah sudah ada bidadari yang bikin adem hati." bisik Keenan terkekeh geli. "Ayo dimakan, biar aku antar ke bandara!" Ayesha mengangguk. Ia segera mengambilkan nasi serta lauk pauk untuk suaminya. "Yang banyak, kita makan sepiring berdua!" ucap Keenan. Keenan ingat, dulu dia dan Ayesha kerap makan sepiring berdua di kantin SMA. Bukan karena ingin terlihat romantis, tapi memang lagi krisis. Setelah acara sarapan romantis yang diselingi modus, Keenan mengantarkan Ayesha ke bandara. Keenan juga ikut turun untuk menemani istrinya menuju kantor tempatnya absen. Di setiap langkahnya, Ayesha mengeratkan pegangan tangannya pada tangan Keenan saat ada orang yang terang-terangan menatap suaminya terpesona. "Mas, kamu biasa aja napa sih? Jangan tebar-tebar pesona!" kesal Ayesha yang tiba-tiba menghentikan langkahnya. Keenan menatap Ayesha bingung. Perasaan dari tadi dia hanya diam dan menurut saat Ayesha menyeretnya. "Jangan senyum ke orang-orang!" kata Ayesha. "Siapa yang senyum? Perasaan aku biasa aja. Lihat wajahku! Apa ada senyum di bibirku?" tanya Keenan menaikkan sebelah alisnya. Ayesha menghentakkan kakinya. Keenan tidak berbohong. Suaminya itu memang tidak tersenyum dari tadi. Memang wajah suaminya yang datar malah membuat orang terpesona. "Kamu gausah cemburu berlebihan. Aku akan tetap milih kamu. Buktinya, menunggu kamu bertahun-tahun tanpa kepastian aja aku bisa." ucap Keenan membenarkan hijab Ayesha yang sedikit menampilkan anak rambut istrinya itu. Lagi lagi Ayesha tersenyum malu. "Gausah gombal," bisik Ayesha mencubit perut Keenan. "Sampai sini aja ya. Nanti dilihat teman kamu. Kan kamu belum boleh menikah. Ntar malah ketahuan." ucap Keenan. "Gak mau, antar sampai sana pokoknya!" kekeuh Ayesha. "Nanti aku bisa bilang, kalau kamu pacar aku." tambahnya. Keenan hanya mengangguk. Menuruti istrinya. Toh membuat senang istri sangat tidak rugi, dan malah dianjurkan. "Hati-hati terbangnya, kalau pulang nanti biar aku jemput." ucap Keenan. Ayesha menyalimi punggung tangan Keenan. "Gak usah dijemput, Mas. Aku naik taksi aja." jawab Ayesha. Ia melambaikan tangannya pada suaminya sebelum menjauh. Keenan tersenyum, setelah memastikan istrinya menghilang dari pandangan, ia berbalik ingin pergi. Brukk! "Akhh!" pekik seorang gadis yang terjatuh di lantai koridor. Buru-buru Keenan membantu gadis yang berpakaian khas pramugari. "Mbak maaf, saya beneran gak sengaja." ucap Keenan tulus. "Tidak papa Mas, saya yang salah hiksss hikss." Keenan memandang penasaran gadis di depannya yang malah menangis. Apa gadis itu sangat kesakitan saat terjatuh tadi, hingga membuatnya menangis. "Mbak ada yang sakit?" tanya Keenan hati-hati. Gadis itu menggeleng, tapi tak menghentikan tangisannya. "Mas hikss, tolong bawa saya pergi dari sini. Hikss hiks!" mohon gadis itu memegang lengan Keenan. Dengan segera Keenan menepisnya. "Maaf!" lirih gadis itu yang merasa tidak enak karena sudah menyentuh tangan pria yang tidak dikenal. "Saya minta tolong Mas. Bawa saya menjauh dari tempat terkutuk ini!" Keenan iba melihat orang yang menangis. Ia selalu tidak tega. "Ayo saya antar kamu pulang!" gadis itu mengikuti langkah lebar Keenan. Sesekali gadis itu akan menengok ke belakang. "Siapa namamu?" tanya Keenan. "Tiara. Mas sendiri siapa?" tanya Tiara yang juga penasaran dengan sosok tampan disampingnya. "Keenan!" jawab Keenan singkat. Mereka memasuki mobil Keenan yang terparkir di tempat khusus yang disediakan bandara. "Kemana aku harus mengantarmu?" tanya Keenan. Tiara menggeleng, ia juga bingung mau pergi kemana. Keenan melirik Tiara yang hanya diam sambil sesenggukan. Sebenarnya apa yang terjadi dengan gadis itu. "Turunkan aku dimana saja, asal yang jauh." jawab Tiara. "Apa maksudmu?" "Aku tidak punya siapa-siapa di dunia ini. Aku sendiri hiksss hikss!" tangis Tiara pecah seketika. Keenan menggaruk rambutnya. Ia jadi serba salah sendiri. "Ibu dan ayahku sudah tiada hikss. Dan aku benci mengejar cita-citaku. Aku menyesal hiksss hiksss!" racau Tiara menjambak rambutnya sendiri. Keenan menepikan mobilnya. Mencoba menenangkan gadis itu. "Aku benci, aku benci!!" teriak Tiara makin menjadi. "Tolong tenang dulu. Kalau kamu begini aku tidak tau masalahmu." ucap Keenan. "Aku hamil hiksss...!" isak Tiara meremas remas perutnya sendiri. "Aku tidak mau hamil hikss hikss.." "Diam!" bentak Keenan yang membuat Tiara sontak terdiam. Ia menatap takut kearah pria itu. "Kamu punya suami apa belum?" tanya Keenan dengan tegas. Tiara menggeleng. "Siap yang menghamilimu?" Lidah Tiara kelu, ia takut bila jujur. "Cepat katakan?" bentak Keenan. Keenan malas sebenarnya menanggapi drama ini. Tapi dia merasa iba. "Salah satu pilot di sana. Dia selalu memaksa ku hiksss. Aku benci jadi pramugari hikkks. Banyak cewek yang menjadi b***k s*x di sana.. Hikss!" isak Tiara menutup wajahnya. Keenan menegang. Pikirannya jadi kalut. Ia takut Ayesha kenapa-napa. Takut kalau Ayesha diperlakukan seperti wanita di sampingnya. "Lalu kenapa kamu tidak kabur?" tanya Keenan penasaran, ia mulai menjalankan mobilnya. "Aku selalu diancam. Baru bisa kabur pagi ini, hikss...." Keenan mengangguk. Masih ingin bertanya lebih dalam, tapi dia urungkan. Keenan mencarikan tempat kontrakan untuk Tiara. Tak lupa ia membayar untuk tiga bulan sekaligus, juga memberi uang untuk pegangan Tiara. Tiara bilang ia sudah tidak punya apa-apa kecuali hp dan baju baju yang dia bawa. "Terimakasih banyak, Mas." ucap Tiara. Ia tak menyangka masih ada orang yang baik hati, tulus menolongnya. "Sama-sama. Jaga diri baik-baik. Aku harus pergi," ucap Keenan. "Mas, boleh minta nomer hp?" tanya Tiara sedikit takut. Apa dia sudah lancang menanyakan privasi Keenan. Sudah dikasih hati minta jantung. "Maaf, istriku pencemburu. Takut nanti salah paham." jawab Keenan sambil tersenyum manis. Tiara mengangguk. Walau dalam hati sedikit kecewa. Siapa yang tidak baper ditolong orang sebaik dan mempesona seperti Keenan. Tapi sayang, sebelum melangkah lebih jauh, Tiara ditampar kenyataan bahwa Keenan sudah ada yang memiliki. Keenan harus segera ke Rumah sakit untuk menyerahkan surat lamaran. Walau dalam perjalanan, fokusnya hanya pada Ayesha. Bagaimana kalau ternyata Ayesha diam-diam menjadi simpanan atasannya. Bagaimana juga kalau Ayesha mendapat ancaman-ancaman seperti Tiara.  Keenan memarkirkan mobilnya dan berjalan menuju ruang tunggu untuk mendinginkan kepalanya. Ia juga menunggu Zaky yang juga akan melamar kerja. "Lo kenapa?" tanya Zaky yang melihat kening Keenan berkeringat. Keenan menggelengkan kepalanya. "Jangan kumat sekarang!" batin Keenan menjerit. Ia tidak mau mengamuk di Rumah sakit yang malah mempermalukan dirinya sendiri. Ia sudah berkali kali menghilangkan bayangan Ayesha yang berselingkuh. "Keen, kamu baik-baik aja?" tanya Lisa yang ikut khawatir. Sepertinya mereka bertiga memang tidak terpisah. Mereka melamar di tempat yang sama. Keenan menutup wajahnya dengan telapak tangan. Sebegitu berarti kah Ayesha untuk hidupnya. Dan begitu cintanya dia pada istrinya itu. Keenan beristigfar berkali kali. Meyakinkan pada dirinya sendiri kalau semua akan baik baik saja. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN