Mirna amati wajah papanya. Dia usir perasaan sebalnya karena merasa dirinya dimanfaatkan sebagai nilai tukar proses percepatan professor papanya. Toh, dia masih punya kesempatan menolak keinginan papanya. Tapi perasaan gundahnya muncul lagi saat melihat mamanya yang diam saja saat sarapan. Biasanya, mamanya selalu memberinya senyum dan pelukan hangat sebelum sarapan pagi. Dia tahu mamanya masih memendam kekecewaan mendalam terhadap dirinya. Setelah sarapan pagi, Ratih dan Mirna sibuk membantu Adi memastikan segala kebutuhan Adi di sekolah. Keduanya saling pandang tanpa berucap sepatah kata. Dahi Adi mengernyit mengamati sikap mama dan kakaknya itu. Sempat berpikir adanya kemungkinan bahwa mamanya sudah mengetahui hubungan Mirna dan Anwar. Dia seakan baru menyadari bahwa mamanya berubah se

