17. Cicak

1760 Kata

Lemah letih lesu, Djatmiko akhirnya tiba kembali ke pabrik setelah seharian mengikuti Kuntol. Berbeda dengan Dong, Kuntol lebih sering meminta Djatmiko menunggu di luar sementara ia melakukan bisnis bersama dengan lang-ganannya. Seharian ini sepertinya Djatmiko belajar lebih banyak tentang bahasa Sunda daripada tentang ilmu sales. Kuntol langsung masuk ke dalam sementara Djatmiko memutuskan untuk ngadem dulu ke warung Asih. Wanita itu sedang mengelap meja ketika dirinya masuk. “Eh A’, tumben sore sudah nongol. Mau pesan apa?” “Yang gratis aja deh, Sih. Uangku habis.” “Oh…iya bentar ya, A’.” Asih bergegas masuk. Beberapa menit kemudian ia keluar dengan segelas kopi hangat dan sepiring gorengan. “Silahkan, A’. Dimakan mumpung masih hangat.” Asih menyodorkan piringnya ke hadapan Dj

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN