Jeremy menghela napas panjang, menatap pesan singkat dari Briana yang hanya beberapa kata tetapi cukup untuk menggoyahkan pikirannya. Matanya kembali melirik Arum yang masih tertidur di ranjang, tubuhnya terbalut selimut tebal dengan wajah tenang. Tetapi ketenangan itu tidak membuat Jeremy merasa damai. Sebaliknya, dia merasa ada sesuatu yang kosong. Mengangkat gelas wine yang baru saja diisi, Jeremy berjalan perlahan ke balkon kamar hotel mereka. Angin malam Paris yang dingin menyentuh kulitnya, tetapi pemandangan Menara Eiffel yang berdiri megah di kejauhan tetap memukau. Sambil menyesap wine, pikirannya mengembara pada hal-hal yang seharusnya tidak dia pikirkan. Seandainya dia menikahi Briana. Pikiran itu datang lagi, seperti bayangan yang enggan pergi. Briana yang selalu ceria