Taylor menatap Jevian, bayi sembilan bulan tampan itu berbaring di atas ranjang kecil yang telah ia siapkan. Bayi itu tertidur pulas, tidak menyadari bahwa ia sedang berada di tempat yang seharusnya tidak ia tempati. Taylor menyeringai sinis, penuh kemenangan. Akhirnya, ia memiliki kartu truf untuk menghancurkan Briana. Wanita jalang itu pasti akan melakukan apa pun demi anaknya. Dan itu yang Taylor inginkan—ia ingin Briana berlutut, menyerah, dan membatalkan pernikahannya dengan Jeremy. Briana kini berada di rumahnya dengan hati yang terkoyak. Ia terus menangis, memanggil-manggil nama Jevian dengan suara putus asa. Kepalanya terasa sakit, napasnya tersengal, dan dadanya sesak oleh ketakutan yang tak terkatakan. Putranya, darah dagingnya, telah menghilang dari pelukannya. Ia tahu siapa ya