Usai menunaikan salat isya, Lisa duduk di sofa ruang tengah. Ia hanya sendiri di rumah Abah Ramli. Setelah bertengkar dengannya, Faraz belum menampakkan batang hidungnya lagi, padahal saat ini jarum jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Lisa menunggu sambil menyalakan televisi. Tetapi, ia tidak menontonnya, ia menyalakan televisi untuk mengusir rasa sepi, sunyi dan takutnya karena berada sendiri di rumah. Lisa bangun dari duduknya. Ia berjalan mondar mandir antara pintu dan sofa. Sesekalli ia mengintip dari jendela, berharap mobil sang suami nampak dalam pandangannya. Tapi, sia—sia. Tidak ada tanda-tanda kepulangan suaminya di tengah malam yang semakin beranjak larut. Baru kali ini Lisa berada sendiri di rumah tanpa ada yang menemani. Tak bisa dipungkiri, Lisa merasa takut. Sangat