Terjerat Hasrat Saudara Tiri

1272 Kata

Malam makin larut. Udara di rumah Mahendra terasa hangat dan sesak, meski AC menyala. Namun bukan suhu ruangan yang membuat Mikayla sulit bernapas, melainkan tatapan Arsenio yang tak pernah berpaling darinya sejak kejadian di lorong tadi. Mereka berdiri berhadapan di depan kamar Mikayla. Tak ada yang bicara. Hanya napas. Hanya tatapan. Hanya sisa-sisa ciuman yang masih menempel di bibir. “Aku harus tidur,” ucap Mikayla pelan, meski tubuhnya tak bergerak sedikit pun. “Tapi kau belum mengusirku,” balas Arsenio dengan suara rendah dan jarak yang nyaris tak memberi ruang bernapas. Mikayla menatapnya. Matanya penuh tanya, penuh kacau, dan di balik itu semua tersimpan sesuatu yang lebih berbahaya. Harapan. “Aku belum yakin kau akan pergi,” bisiknya. Kalimat itu seperti pemicu. Pertahanan A

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN