Batas Yang Kian Runtuh

1380 Kata

Suara koper beradu dengan lantai marmer menandakan satu hal yang tidak diinginkan Mikayla. Beban yang selama ini ia singkirkan dengan susah payah akhirnya kembali masuk ke rumah Mahendra. “Kayla!” suara Hilda terdengar hangat, terlalu manis, seolah-olah pulang dari perjalanan panjang tidak pernah meninggalkan luka. Mikayla berdiri kaku. Senyum yang ia tarik hanya tipis, hambar, nyaris tak ada rasa. “Ibu selamat datang.” Ia memeluk Hilda sekilas, dingin. Tubuhnya menegang, dan begitu pelukan dilepas, matanya kembali datar. Hanya saja ia pandai menyembunyikan semuanya di balik wajah tenang. Mahendra tampak lebih kurus, matanya sayu tapi tetap berusaha hangat. “Semuanya baik-baik saja di sini?” Sebelum Mikayla menjawab, Arsenio sudah muncul dari balik pilar. Langkahnya mantap, senyum tip

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN