Love Grows Stronger

2044 Kata
Kia menoleh ke kanan dan kiri ujung koridor, melihat-lihat apakah Liam sudah datang atau belum. Selama ini ia memperhatikan, Liam selalu memilih berjalan menyusuri koridor yang melewati toilet sebelum sampai di ruangannya. Satu cup jus jambu berukuran 250 ml tergenggam di tangannya. “Yakin cara lo bakal berhasil?” Vicky mengamati wajah Kia yang terlihat sedikit tegang. “Yakin. Cowok itu pada dasarnya sama, nggak bisa nolak cewek cantik. Cuma bedanya, ada yang bisa ngendaliin diri ada yang nggak. Dan ini tantangan banget buat gue, gimana caranya dosen sok sombong itu bisa takluk di hadapan gue.” Kia tersenyum sinis. Sulli terkekeh, “ya ampun segitunya. Kalau gue lihat pak Liam itu emang susah ditebak. Dari tampangnya kayaknya playboy gitu kan. Gue pikir dia tipe yang suka manfaatin kesempatan. Dengan penampilan fisik yang oke banget plus kemapanan dia and everybody knows who is his father, pengusaha kaya yang kekayaannya nggak habis tujuh turunan, sembilan tanjakan, sebelas belokan, dia itu sebenarnya bisa banget dapatin cewek manapun. Mungkin banyak yang dengan sukarela mau diajak ke tempat tidur ama dia. Tapi rasa-rasanya dia tipe setia dan sayang keluarga. Kelihatan dari postingan dia di instagram.” Vicky manggut-manggut, “iya gue juga suka stalking i********: dia. Termasuk i********: istrinya juga yang tomboy banget itu. Gue kadang mikir, kok dia bisa ya suka ama cewek yang biasa, malah terlihat maskulin gitu. Dibandingkan ama Kia, jelas lebih cantik dan seksi Kia. Tapi kenapa sohib satu kita ini bisa ampe mad begini buat naklukin dosen ganteng itu. Biasanya Kia gampang banget naklukin cowok.” “Itu yang bikin gue tertantang. Gue nggak biasa ditolak. Semakin gue ditolak, gua bakal terus berjuang.” Kia menajamkan matanya. Sesaat dia melihat Kai dan teman-temannya berjalan dari ujung kanan. “Kai tambah ganteng aja ya. Dia udah punya pacar baru belum sih?” Vicky memerhatikan langkah Kai yang terlihat begitu cool dan percaya diri. Begitu melewati Kia dan kawan-kawan, Kai langsung membuang muka, pura-pura tak melihat Kia. “Ciyee...mantan sombong amat, kayak nggak kenal ya.” Sasha tertawa kecil. Kia menaikkan sebelah sudut bibirnya dan tersenyum sinis, “maklum mantan belum bisa move on tuh kayak gitu. Belagu banget. Padahal diantara mantan gue, dia yang paling jelek.” Vicky menganga, “cowok secakep Kai lo bilang paling jelek diantara mantan-mantan lo? Ya ampun, yang ganteng kayak gimana hahaha..” “Oya gue siap-siap dulu. Mau menghadang sang dosen di dekat toilet. Doain misi gue berhasil.” Kia beranjak dan melangkah menuju tembok di balik toilet. Dia tahu Liam ada jadwal mengajar setengah jam lagi. Dia yakin sebentar lagi Liam akan datang. Kia sudah menyerahkan skripsi revisiannya kemarin, namun dia tak berniat menghadang Liam untuk menanyakan skripsinya, ada rencana lain yang ingin ia jalankan. Kia menjulurkan kepalanya dan melirik ujung koridor. Hatinya berdesir kala sosok Liam tempak berjalan begitu gagahnya. Kia bersiap untuk menjalankan aksinya. Saat Liam melangkah di depan toilet, Kia keluar dari persembunyiannya dan sengaja berjalan menabrak Liam hingga satu cup jus yang ia pegang tumpah membasahi kemeja Liam. Liam terperanjat dan melongo melihat kemejanya dipenuhi noda bekas jus. “Ma..maaf Pak. Biar saya bersihkan.” Kia menarik tangan Liam begitu kencang masuk ke dalam toilet. Liam yang masih kaget tak bisa mengantisipasi apa yang dilakukan Kia hingga tak bisa menahan tubuhnya. Kini Kia dan Liam sudah berada di dalam. Kia menutup pintu dan mengeluarkan tissue untuk membersihkan noda jus yang melekat di kemeja Liam. “Maaf, saya mau keluar, tidak perlu dibersihkan, biar saya yang membersihkan sendiri.” Ucap Liam yang merasa risih dengan usaha Kia dalam membersihkan noda. Sesekali Kia menyalakan air dari kran wastafel, lalu membasahi sedikit tissue yang ia pegang, kemudian ia mengelap noda itu dengan gerakan jari yang begitu lembut dan sesekali menekan ke d**a Liam sembari memperpendek jaraknya dengan Liam. Kia menatap dosen itu begitu s*****l. “Tidak apa-apa pak, biar saya membersihkannya.” Kia tersenyum. Tangan kirinya aktif merogoh smartphone di sakunya, sedang tangan kanannya sibuk mengelap noda jus di kemeja Liam. “Maaf saya mau keluar, nggak baik kalau kita berada di dalam berdua seperti ini.” Liam hendak melangkah menuju pintu namun seketika Kia menarik tangan Liam hingga tubuh Liam hilang keseimbangan dan hampir jatuh. Kia menahan tubuh Liam, sengaja memeluk punggung Liam dengan tangan kanannya lalu dengan sigap tangan kirinya yang tengah memegang smarphone terangkat ke atas dan menjepret posisi mereka saat tubuh mereka saling berhimpitan. Liam tak menyadari bahwa situasi ini dimanfaatkan Kia untuk mengambil gambar mereka. Liam melepaskan diri dari pelukan Kia. “Maaf jangan ambil kesempatan Kia. Saya mau keluar dari sini.” Liam menajamkan matanya dan bicara dengan lantang. Kia melepaskan pelulakannya. Tangan kirinya sudah bersembunyi di balik badannya dengan smartphone yang sudah menyimpan foto mereka. Liam keluar dari toilet, di saat yang sama ada Rangga sudah berdiri mematung di depan pintu, bersiap masuk ke dalam. Liam sedikit terperanjat. Apa jadinya saat Rangga masuk ke dalam lalu mendapati Kia sedang ada di dalam. Benar saja, Rangga kaget setengah mati melihat Kia ada di dalam. Berbagai spekulasi negatif menari-nari di kepalanya. Apa mungkin dosen pembimbingnya terlibat affair dengan mahasiswi bimbingannya? “Rangga ini nggak seperti yang kamu bayangkan. Tolong habis ini kamu ke ruangan saya.” Ujar Liam lalu melangkah meninggalkannya yang masih berdiri terpekur. Kia tersenyum menatap Rangga, “dosen pembimbing kita itu nggak sebaik yang kita pikirkan Rangga. Dan sayangnya gue juga nggak bisa nolak pesona dia.” Rangga menatap Kia datar, melongo sekian detik lalu tersenyum sinis, “jadi ini cara lo biar cepet lulus? Biar dimudahin skripsi lo? Pantas aja ya Kai mutusin lo. Cewek murahan.” Kia membulatkan matanya, “hati-hati ya kalau ngomong. Gue sama sekali nggak pakai cara kotor buat mudahin skripsi gue. Gue bisa bersaing secara sehat ama lo dan teman yang lain. Gue emang punya ambisi lulus dengan IPK cumlaude dan menjadi lulusan tercepat di angkatan kita. Tapi gue sama sekali nggak pakai cara kotor.” Rangga terkekeh, “terus yang tadi apa? Berduaan di toilet? Lo pasti ngrayu pak Liam kan? Gue tahu benar karakter lo tuh kayak gimana. Gue kenal ama istrinya pak Liam. Rasa-rasanya pak Liam nggak mungkin tega mengkhianati istrinya. Lo pasti ngrencanain sesuatu.” Kia tersenyum sinis, “Pak Liam itu cuma manusia biasa. Dia juga bisa tergoda. Cowok yang nolak gue itu udah dipastikan dia gay. Termasuk lo. Lo nggak tertarik ama cewek makanya lo benci banget ama gue. Selalu ngganggep gue saingan lo buat dapetin IPK terbaik.” Rangga mencengkeram kedua pipi Kia dengan ibu jari dan telunjuknya. Kia meringis kesakitan. Kia makin mengaduh kala Rangga menekankan ibu jari dan telunjuknya ke pipi Kia. “Sakit tau...” “Denger ya, kalau gue mau, gue bisa bikin lo hamil saat ini juga. Cuma s****a gue terlalu berharga buat mengisi rahim lo yang udah nrima banyak dari cowok lain.” Tatapan mata Rangga begitu menghujam dan omongan pedasnya ini telah menyinggung perasaan Kia. “Jaga bicara lo. Mantan gue emang banyak, tapi nggak ada satupun yang pernah nyentuh gue. Gue masih virgin.” Kia melotot dan menyingkirkan tangan Rangga yang menyengkeram pipinya. Rangga tersenyum sinis, “seorang Kia masih virgin? Aneh.” Rangga berbalik dan berjalan menuju ruangan Liam, tak jadi ke toilet. Kia masih saja kesal menatap kepergian Rangga. Ditengoknya fotonya dan Liam yang ia jepret diam-diam. Dia tersenyum, tunggu aja Liam, kalau kamu bikin kesabaranku habis, aku bisa berbuat nekat. Karir dan rumahtanggamu bakal hancur seketika. Nggak ada yang bisa nolak Kia. Dan kamu akan tahu akibatnya kalau terus mengabaikanku Rangga sudah duduk di hadapan dosen pembimbingnya dengan penuh tanda tanya yang sudah menggelayut di pikirannya sebelum dia tiba di ruangan Liam. “Rangga, tujuan saya memanggil kamu ke sini hanya untuk meluruskan apa yang kamu lihat di toilet. Saya rasa saya perlu meluruskan soal ini, takut ada kesalahpahaman. Apalagi kamu juga mengenal istri saya.” Rangga menyimak ucapan dosennya dengan serius. “Tadi itu saya tabrakan dengan Kia sampai-sampai kemeja saya ketumpahan jus yang sedang dia pegang. Kamu bisa lihat sendiri bekas noda itu di kemeja saya.” Rangga mengamati kemeja Liam, memang ada noda di sana. “Kia menarik tangan saya ke dalam untuk membersihkan kemeja saya dengan tissue dan air. Saya memintanya untuk berhenti membersihkan kemeja saya, tapi dia terus membersihkannya. Saya harap kamu nggak salah paham.” Rangga mengangguk, “saya mengerti pak dan saya percaya sama bapak.” “Terimakasih atas pengertiannya. Oya kalau nanti ketemu Kia tolong minta dia untuk menghadap saya. Saya mau menyerahkan skripsinya.” Rangga mengangguk sekali lagi, “baik pak.” Liam menyerahkan skripsi itu pada salah satu mahasiswi bimbingannya tanpa ekspresi. Kia menerimanya lalu membuka halaman demi halaman. “Masih bersih pak? Nggak dicoret-coret?” “Memang belum saya koreksi, tapi langsung saya ACC. Jadi sekarang kamu tinggal fokus untuk menunggu ACC dari dosen pembimbingmu yang lain.” Kia menganga. Liam dikenal dosen yang tak mudah meng-ACC skripsi mahasiswanya dengan cepat. Dia dikenal pelit memberi nilai dan awas sekali dalam mengoreksi skripsi. Rasanya ada yang janggal, Liam meng-ACC skripsinya secepat ini. “Kenapa rasanya aneh ya? Bapak sengaja meng-ACC skrispsi saya secepat ini?” Kia mengernyitkan alisnya. “Kenapa kamu nggak seneng? Semua mahasiswa berharap skripsinya cepat di-ACC.” Kia menyeringai, “ya, tapi bapak aneh. Bapak sengaja menghindari saya ya?” Liam tersenyum, “analisa yang bagus. Ya, saya malas ngadepin kamu. Jadi saya rasa saya serahkan saja pada dosen pembimbing keduamu, Bu Ida kalau nggak salah ya. Biar bu Ida yang mengoreksi skripsimu lebih lanjut.” Kia kesal bukan main. Benar-benar dia dibuat gregetan begini oleh dosen yang diidolakan banyak mahasiswi itu. “Kalau nggak ada kepentingan lagi silakan keluar.” Ucap Liam lagi tanpa menoleh Kia. Kia begitu gamang. Ditatapnya Liam dengan tatapan penuh kekesalan hingga bibirnya mengerucut. Sebelum keluar dari ruangan, Kia sempat menendang kaki meja dan membuat Liam terhenyak. Ditatapnya dosen pembimbingnya yang selalu membuatnya uring-uringan dan kesal di saat yang bersamaan dengan tatapan tajam dan raut wajah yang jutek. Liam balas menatapnya datar lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain. Kia melangkah menuju pintu luar dan menutup pintu itu keras-keras. Liam beristighfar. Menghadapi Kia itu selalu membuat emosinya naik dan ia berusaha untuk menurunkan kekesalan yang terpendam. Diliriknya foto Ami dan baby Cal yang dipajang di pigura dan ia letakkan di atas meja. Ia mengambil pigura itu dan menatap foto itu dengan seulas senyum. Hati manusia itu bagian paling rapuh namun bisa menjadi bagian terkuat di saat yang bersamaan. Dia berlindung pada Allah untuk menjaga hatinya dari godaan apapun. Menatap foto Ami sedemikian lekat terbitkan rasa rindu di hatinya. Apapun kekurangan yang Ami miliki, baginya Ami yang terbaik dan tak akan ada yang sanggup menggantikan posisinya di hatinya. Liam mengambil smartphonenya di meja dan mengirim pesan WA untuk istrinya. I love you sayang.. I miss you and baby Cal, I want to go home right now... Sesaat datang balasan dari Ami. Miss you too honey. Baru aja berangkat udah pingin pulang? Aku udah di toko bareng baby Cal. Semangat ngajarnya ya. Love you... Liam tersenyum. Dia mengetik huruf demi huruf untuk membalas pesan WA Amber. Kasih kiss donk biar semangat Ami membalas kembali dengan emoticon “kiss” puluhan jumlahnya. Sepulang dari kampus, Liam berencana mampir ke toko Ami sekaligus mengajak Ami dan baby Cal pulang bersama. Di tengah perjalanan, Liam menghentikan mobilnya saat melewati kios bunga. Liam belum pernah memberikan Ami bunga dan mungkin Ami kurang menyukai hal-hal romantis seperti ini, namun dia ingin sesekali memberikan kejutan manis untuk Ami. Setiba di halaman parkir, Liam melihat ada mobil Kris terparkir di sana. Perasaannya seketika bergemuruh. Liam segera melangkah masuk ke dalam. Ia bergegas menaiki tangga menuju lantai atas. Lantai atas khusus untuk menyimpan stok mainan edukatif dan aneka handicraft lama atau yang belum sempat ditata di bawah. Ada ruangan luas untuk baby Cal bermain. Hatinya mencelos saat melihat Kris bermain dengan baby Cal begitu akrab. Ada Ami juga yang ikut bermain bersama mereka. Kris menjalankan kereta api mainan dan menbuat baby Cal tertawa terpingkal-pingkal. Ami memangku baby Cal. Mereka terlihat seperti satu keluarga. Liam tahu, Kris adalah ayah kandung baby Cal dan sudah sewajarnya merka tampak akrab. Namun kisah lama yang pernah terjalin antara Kris dan istrinya, bersitkan rasa yang tak menentu di hatinya. Apakah ini yang namanya cemburu? Atau karena cinta yang tumbuh semakin kuat untuk Ami telah membuat Liam takut Ami berpaling pada Kris. ******
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN