Malam sudah larut. Namun, Satya belum juga bisa memejamkan mata. Tiba-tiba saja memikirkan Bening. Hatinya sangat tidak enak. Ia bangun dari rebahnya, kemudian keluar kamar. Suci yang merasakan pergerakan di kasurnya, membuka mata, lantas ikut keluar dari kamar. "Kenapa, A?" "Kamu belum tidur?" "Sudah sebenarnya, tapi tadi merasa kalau Aa bangun. Ada apa? Kenapa belum tidur?" "Aku hanya tidak bisa tidur." "Apa ada pekerjaan yang belum selesai?" Satya menggeleng. "Aku kepikiran Bening." "Lho, Bening kenapa?" Satya menggeleng lagi. "Nggak tahu ... mungkin hanya perasaanku saja." "Kalau Aa ingin memastikan, datang saja ke paviliun." "Apa kamu tidak apa-apa?" "Nggak apa-apa. Daripada kamu nggak bisa tidur." Satya mengusap pipi Suci, kemudian mencium keningnya. "Makasih banyak, ya.