Di dalam mobil, keheningan hanya berlangsung sesaat sebelum Jagapathi, dengan napas yang terdengar berat, menekan panggilan cepat di ponselnya. Mode loudspeaker diaktifkan, mungkin karena tangan kirinya sibuk menggenggam tangan Paulina, sementara tangan kanannya menggenggam setir dengan kokoh. Paulina, yang masih terdiam seperti orang bodoh, hanya bisa memperhatikan. Suara berat di ujung telepon segera terdengar. Itu Eyang Baskara, penuh wibawa namun dengan nada santai yang khas seorang pria yang sudah terlalu lama berada di puncak kekuasaan. “Jaga, kamu baru muncul sekarang? Atau ini cuma iseng buat Eyang pusing lagi?” Baskara memulai dengan tawa kecil, jelas berniat memancing reaksi cucunya. “Eyang,” balas Jagapathi dengan nada dingin tapi tegas, tanpa terpancing. “Kita perlu bicara s