Layla termenung sembari melihat Zorion, bayi tiga bulan yang terlihat terlelap dalam pelukan Zurech yang menimangnya dengan lembut. Dari dapur, ia bisa melihat sosok Zurech, pria yang sepuluh tahun lebih tua darinya, duduk di kursi rotan yang terletak di halaman belakang rumah. Mata Zurech terfokus pada bayinya, tangan besarnya dengan penuh kelembutan mengayun-ayunkan tubuh mungil itu, seolah berusaha meredakan semua kegelisahan yang mungkin dirasakan oleh Zorion. Layla memerhatikan, namun hatinya tetap terjalin dengan perasaan yang tak dapat ia jelaskan. Sambil menyiapkan makan malam bersama sang Mama, Layla masih tidak bisa menanggalkan keraguan yang terus menggelayuti pikirannya. Mamanya, yang sejak tadi memperhatikan diam Layla, akhirnya membuka suara. “Nak, kapan kamu mau kembali sa