CRAI! Seketika ciuman Paulina dan Jagapathi terhenti. Kedua wajah mereka terlepas, menoleh serempak ke sumber suara. Di sana, Eyang berdiri di ujung koridor dengan ekspresi kikuk. “Maaf, Eyang itu… mencret deh. Kayaknya salah makan sesuatu,” ucapnya polos, sembari mengelus perutnya. Paulina nyaris terjun dari sofa, wajahnya memerah hingga telinganya. Gugup bukan main, dia segera menghampiri Eyang. “Aduh, Eyang, ayo ke kamar. Biar aie bawakan air hangat atau teh… apa ya, buat perut Eyang.” Namun, Eyang malah menatapnya dengan senyuman menggoda. “Kalian barusan ciuman, ya?” tanyanya, nyengir lebar. Paulina nyaris tersedak oleh udara. “Enggak kok, Eyang! Itu, apa ya… itu—” Dia tergagap, mencoba mencari alasan. Jagapathi yang tetap tenang meski wajahnya memerah sedikit, berjalan mendekat