Aku terus berjalan mengikuti Abraham dari belakang seperti seekor anak ayam yang mengikuti induknya. Sangat sulit bagiku untuk menyamakan langkahku dengannya. Aku berjalan tergopoh-gopoh di belakang pria aneh ini dan memintanya untuk menungguku, “Tunggu sebentar, jalanmu cepat sekali.” Abraham menghentikan langkahnya dan kemudian menoleh ke belakang menatapku. “Kita mau kemana?” Aku kembali bertanya padanya. Abraham tidak menjawab pertanyaanku, ia hanya diam berdiri dengan tangan kiri berada di dalam saku celana kirinya sambil menungguku. Saat aku sudah berada di sampingnya, ia meraih tangan kiriku dengan tangan kanannya. Kemudian ia menggandeng tanganku berjalan ke depan dan memperlambat langkahnya untuk menyamakan langkahnya denganku. Aku hanya terbengong menatap waja