A Symphony of Light

1204 Kata
    Sore ini kota Hong Kong cukup cerah, tapi udara yang sangat dingin di musim dingin kali ini terasa hingga ke tulang. Setelah melakukan beberapa rapat penting dengan klien, aku berniat untuk santai sejenak. Aku keluar dari kantorku menggunakan sebuah long coat berwarna hitam dengan lapisan bulu tebal di bagian dalamnya.       “CEO Fe…Anda hendak kemana?” Alicia yang baru keluar dari ruangannya bertemu denganku di depan lift.       Aku menoleh kearah Alicia berdiri, “Apa sore ini kamu sibuk?”       “Tidak. Apa CEO perlu bantuan?”                     Aku menjawab dengan datar, “Tidak, aku hanya ingin kamu menemaniku jalan-jalan.”       “Baik.” Alicia sedikit membungkukkan tubuhnya menyetujui permintaanku. Kemudian aku dan Alicia memasuki lif menuju basement.       Setelah sampai di basement dan keluar dari lift, Alicia bertanya padaku. “CEO Fe, apa perlu aku menelepon driver untuk mengantar kita?”       “Tidak usah, aku bawa mobil sendiri.” Aku memberi sebuah kunci pada Alicia dan berjalan kearah mobil terparkir. “Bawalah!”       Alicia menerima kunci yang aku beri padanya dan duduk di kursi pengemudi. Ia menyalakan mesin mobil dan mengendarainya keluar dari perusahaan. Hari ini ke kantor aku mengendarai sebuah mobil Tesla Model S yang sudah dua tahun tidak pernah ku pakai. Sebuah mobil bertenaga listrik yang dibelikan Carlson Dalex untukku sebagai kado pertunangan kami tiga tahun lalu. Dia selalu memanjakanku dan memberikan apa yang aku mau meski aku tidak pernah memintanya. Dia adalah pria dengan sejuta kejutan.     Jalanan di Hong Kong cukup ramai karena sore hari adalah jam pulang kantor. Lalu lintas cukup padat, tapi tidak menyebabkan macet. Alicia dengan tenang mengendarai mobil ini melewati jalanan yang begitu ramai. Aku hanya duduk di kursi co-driver menatap keluar jendela. Rasanya baru kemarin aku bersama Carlson duduk dalam mobil ini bersama. Lagi dan lagi, kota ini beserta yang ada di kota ini mengingatkanku padanya.       Alicia memberhentikan mobil saat lampu merah menyala. Di depan mobil banyak pejalan kaki yang melintas di zebra cross. Di kiri kanan jalan tersebar pusat ritel yang sangat hidup di Hong Kong. Banyak mall mewah, toserba dan butik berderet  hingga ke ujung barat. Sedangkan pemburu barang murah memadati pasar kaki lima Jardine’s Crescent.       Saat melihat keramaian, mataku tertuju pada sepasang remaja yang sedang berjalan bergandengan tangan. Mereka berbincang dan sesekali tertawa membuat hatiku hangat saat melihatnya. Sepasang remaja itu adalah Carlson dan aku saat masih remaja. Kawasan Causeway Bay yang aku lewati saat ini adalah tempatku dan Carlson mengahabiskan waktu bersama sepulang sekolah. Kenangan delapan tahun lalu itu masih membekas diingatanku.     Flashback On…       Waktu sepulang sekolah aku berjanji bertemu dengan Carlson di Victoria Park. Aku yang masih mengenakan seragam sekolah duduk di bangku taman menunggunya sambil melihat orang-orang yang sedang melakukan sesi t*i Chi. Mereka melakukan seni beladiri dan senam kesehatan ini dengan gerakan yang harmoni.       Tiba-tiba hujan begitu deras turun tanpa ada gerimis diawalnya. Aku yang sedang duduk bergegas beridiri mencari tempat berteduh. Saat aku mulai beranjak dari bangku taman, sebuah tangan yang kurus dan kuat menggenggam pergelangan tanganku. Aku menoleh ke belakang melihat seorang pria yang berdiri tegap memayungiku.                 “Maaf aku terlambat.” Carlson berjalan ke sampingku dengan sebuah paying di tangan kirinya.        Aku membuang wajahku dan berjalan ke depan berusaha menjauh darinya. Carlson yang melihatku cemberut tersenyum dan memegang pipi kananku. “Hey…aku sudah meminta maaf.”       “Aku pikir kamu tidak akan datang.” Aku menjawab dengan wajah kesal dan kedua tangan di lipat di d**a.       “Aku pasti datang. Hanya sedikit terlambat. Ada hal yang aku urus di kampus sebelum kesini.”       “Apanya yang sedikit terlambat? Aku sudah menunggumu satu jam di sini.” Aku mengerutkan bibirku dengan wajah cemberut.       Carlson yang melihatku cemberut hanya tersenyum. Dia adalah pria paling sabar yang pernah aku temui. Bahkan ia tidak pernah menyerah membujukku saat aku merajuk berhari-hari. Sangat wajar rasanya jika aku terlalu mencintai pria yang sempurna ini. Pria yang begitu tampan, setia dan sangat sabar mengahadapi sikapku yang selalu mencari perhatian.       “Hey…Honey, jangan cemberut lagi.” Ia masih memegang wajah kananku dengan tatapan yang begitu dalam.       “….”       Carlson berjalan semakin mendekat dan merangkul bahuku. “Untuk menebus kesalahanku, bagaimana kalau kita pergi berbelanja?”       “Mau beli apa? Aku sedang tidak ingin apa-apa.”       “Apa kamu ingin masuk angin dengan pakaianmu yang basah ini?”       Aku mendongak menatap wajah Carlson yang begitu putih dan tampan. Aku menggelengkan kepala seperti seorang anak kecil yang manja pada kakaknya.     Carlson kembali memberikan senyumannya indah. “Kalau begitu, ayo kita berbelanja. Setelah itu kita makan sup kambing kesukaanmu.”       Ia  memimpin jalan sambil menggenngam tangaku. Kami memasuki pusat perbelanjaan yang ada di sepanjang jalan di Causeway Bay. Aku membeli satu stel pakaian untuk mengganti pakaianku yang basah dan beberapa kebutuhanku. Sesekali Carlson merangkulku, berjalan melewati trotoar yang dipenuhi oleh para pejalan kaki yang kebanyakan remaja. Kami berjalan seperti sepasang kekasih yang begitu mesra . Sangat terlihat kami adalah pasangan yang saling mencintai. Di ujung jalan, terdapat sebuah restoran kecil yang menjual sup kambing kesukaanku. Aku dan Carlson memasku restoran itu untuk makan malam setelah lelah berbelanja.   Flashback Off…       Sambil menunggu lampu hijau menyala kembali, Alicia yang sedang duduk di kursi pengemudi menoleh kearahku. “CEO Fe, sekarang kita mau kemana?”       “Tsim Sha Tsui Promenade. Malam ini aku ingin melihat Symphony of Light.” Aku menjawab dengan tatapan masih keluar jendela mobil.       “Baik.” Lampu hijau telah menyala dan Alicia menginjak pedal di kakinya mengendarai mobil ketempat yang ingin aku tuju.             ****         Sesampainya di kawasan Tsim Sha Tsui, aku turun di dekat gerbang Pusat Kebudayaan Hong Kong dan Alicia pergi ke tempat parkiran umum yang ada di kawasan itu. Waktu masih menunjukan pukul 19.30 dan aku berjalan menelusuri Tsim Sha Tsui Promenade sendirian. Menikmati angin pantai yang bertiup dengan lembut dengan pemandangan laut dan AquaLuna Night Cuise yang sedang berlayar.       Setelah lelah berjalan kaki aku duduk di bangku taman yang ada di Tsim Sha Tsui Promenade mengahadap ke laut. Malam ini langit begitu cerah meski terasa dingin. Sebentar lagi pertunjukan Symphony of Light akan di mulai. Aku mengambil posisi yang strategis agar dapat menontonnya dengan baik. Semakin lama semakin banyak pengunjung yang datang hendak menyaksikan pertunjukan tersebut. Dan Alicia pun sudah duduk di sampingku dengan beberapa cemilan.       Tepat pada pukul 20.00 mulai muncul cahaya dari Hong Kong Island yang ada di seberang lautan sana. A Symphony of Light adalah salah satu pertunjukan cahaya yang spektakuler di dunia. Yang membuat Victoria Harbour bersinar setiap malam dengan pertunjukan multimedianya. Pertunjukan ini telah menjadi ikon kota Hong Kong yang memamerkan vista malam kota  yang semarak dan glamour.       Bangunan-bangunan ikonik yang ada di Hong Kong Island membentuk kesatuan kanvas yang memanjakan mata dengan atraksi multimedia yang sensional, menampilkan simfoni cahaya dari berbagai lampu sorot, laser, layar dan lampu LED yang berpadu menciptakan pertunjukan malam spektakuler yang mampu mengubah langit Hong Kong menjadi  tontonan audiovisual di ruang terbuka setiap malamnya.       Pertunjukan atraktif tersebut berpadu dengan musik yang mengalun dengan indah. Dan kali ini pertunjukan diiringi dengan music instrument karya Joe Hisaishi yang berjudul First Love. Sebuah music instrument yang sangat indah di dengar dan membuat orang yang mendengarnya terlena. Musik instrument ini mengingatkanku pada Carlson yang sudah bahagia di sana. Mengingatkan aku pada cinta pertamaku, yang dipisahkan oleh takdir.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN