Beberapa menit kemudian Abraham menghampiriku dengan sekotak obat di tangannya. Ia berjongkok dihadapanku dan meraih tanganku yang terluka. “Coba ku lihat lukamu.” Ia membersihkan luka goresan yang ada di siku dan lenganku dengan hati-hati. “Apa ini sangat sakit?” “Tentu saja sakit. Sakit luka goresnya tak seberapa. Yang paling sakit itu pinggang dan kakiku.” Aku merengek seperti anak kecil yang kesakitan. Setelah membersihkan luka dan memberikan cairan infuse pada lukaku, pria itu beranjak duduk di sofa. Tangannya bergerak kearah kakiku yang terkilir. “Apa yang kamu lakukan?” Aku merasa kaget melihat ia tiba-tiba duduk dekat kakiku. “Diam!.” Ia begerak memijat kakiku yang sudah bengkak karena keseleo. Aku meneteskan air mata saat Abraham me