Setelah berdebat beberapa saat di dalam mobil, akhirnya Abraham Xander kembali menginjak pedal mobilnya. Ia mengendarai mobilnya dengan tenang tanpa berbicara apa-apa. Meski ia tetap bersikap tenang, aku tahu ada luka dalam di hatinya yang sedang ia tahan. Ada banyak emosi tergambar di wajahnya yang mengeras. Aku tahu, aku salah telah melukai perasaannya. Tapi aku tidak bermaksud untuk menyakiti perasaannya. Aku memeluk Carlson Dalex karena aku merasa berteman dengannya sejak kecil, dan aku juga tidak bisa memungkiri bahwa ia adalah ayah kandung Ariella. Aku hanya menganggapnya sebagai sahabat, tidak lebih. Keheningan dan rasa canggung terus memenuhi suasana di dalam mobil. Tak ada seorang pun di antara aku dan Abraham Xander yang bersuara. Jangankan suara kami, suara music pun tak ter